PALEMBANG, fornews.co-Menanggapi peristiwa adanya korban jiwa akibat terkaman Harimau Sumatera Sudir (25) di Desa Prumpung Jaya, Kecamatan Lalan, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) dinilai Senior Komservasi Biologi Zoological Society of London (ZSL) Dr Asep Adhikirana, hal tersebut akibat habitat hewan yang sangat dilindungi tersebut, terus tergerus (berkurang).
Menurut Asep, kawasan konservasi untuk menjaga populasi Harimau Sumatera dari kepunahan sangat memprihatinkan. Seperti kawasan konservasi Dangku, Muba, yang semula mencapai kurang lebih 49.000 hektare (ha), data 2010. Kini (2016) hanya tersisa 10%, atau kisaran 5.000 ha. Akibat adanya alih fungsi lahan, menjadi hunian penduduk, ilegal logging dan menjadi lahan perkebunan.
“Setahu saya, harimau akan menghindar bila bertemu atau mencium aroma manusia. Bisa jadi, karena arah angin yang berlawanan sehingga begitu bertemu jadi terkejut dan bergerak spontan untuk mempertahankan diri,” ujarnya Rabu (11/01).
Dari hal tersebut lanjut Asep, yang perlu disoroti mengenai kawasan hunian (habitat) harimau yang terus tergerus oleh aktivitas manusia, tanpa mau memperdulikan bahwa kawasan yang dikelola merupakan kawasan konservasi. “Karena habitatnya yang terus berkurang, belum lagi tingginya aktivitas manusia di sekitar hutan kawasan, sehingga mengancam keberadaan harimau dan mangsanya. Untuk bertahan hidup, maka keluar untuk mencari habitat baru dan makan. Kebetulan, jalurnya dekat dengan kawasan perkampungan warga,” jelasnya.
Dalam kesempatan ini Asep juga mengungkapkan, jika populasi harimau Sumatera di kawasan konservasi Sembilang dan Dangku (Sendang) terancam punah. Demikian itu, terdeteksi dari keberadaan harimau sumatera yang berjumlah enam hingga delapan ekor pada tahun 2013, kini hanya tersisa dua ekor harimau jantan dan betina saja.
“Keberadaan harimau sumatera di kawasan Sembilang dan Dangku, cukup mengkhawatirkan. Alih fungsi menjadi kebun sawit dan penebangan liar marak di dangku. Belum lagi 2015 terjadi kebakaran hebat. Dimana sebelum terjadi kebakaran, saat kita memantau untuk mengetahui populasi hewan ini hanya dijumpai 2 ekor, sisanya tidak tahu kemana. Mungkin lari ke utara ke arah Jambi atau justru diburu orang,” bebernya.
Lebih jauh dikatakan Asep, sejatinya tidak ada kawasan yang menjadi ancaman harimau, selama di dalam kawasan ada mata rantai makanan bagi hewan pemangsa ini, seperti kancil, rusa, pelanduk, babi. Maka kawasan tesebut cocok untuk harimau. Kawasan kebun sawit pun tetap aman untuk harimau selama ketersediaan rantai makanan untuk harimau ada. Persoalannya yang dihadapi saat ini banyak kegiatan manusia di kebun sawit, membuat harimau pun menghindar dari zona manusia.
“Populasi harimau bisa kembali ke jumlah yang cocok untuk keseimbangan genetisnya istilah ilmiahnya viable population, apabila kita mengembalikan habitat yang cocok untuk kehidupan harimau, dan ada tempat berlindung dan tersedia rantai makanan untuk berkembangbiakannya. Atau dengan kata lain, restorasi kawasan yang menjadi habitat harimau. Menanaman kembali dengan pengkayaan vegetasi dan penjagaan kawasan hutan tentunya,” imbuhnya.
Berdasarkan informasi yang di himpun fornews.co, tewasnya warga akibat serangan harimau bermula saat korban bersama empat rekannya, Udin, Mus, Saidina, dan Limin, menambatkan getek di pinggiran Sungai Lalan, Selasa (10/1) sekitar pukul 20.00 WIB. Begitu ke daratan untuk memotong daun nipah, tiba-tiba korban Sudir diterkam harimau dari belakang dan mengenai bagian leher. Melihat itu, keempat rekannya kabur menyelamatkan diri. Dalam kondisi lemah, korban dicabik-cabik harimau. Akibatnya, korban tewas dengan kondisi yang mengenaskan.
“Korban Sudir, tewas di tempat dengan luka cabikan, terkaman, gigitan di leher, kaki kanan patah, dan luka cakaran di wajah,” ungkap Kasatreskrim Polres Muba Novi Edyanto. (ibr)