JAKARTA, fornews.co-Jumlah korban akibat gempa 7 SR dan gempa susulannya di wilayah Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang dilarpokan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga Jumat (10/08), tercatat sebanyak 321 orang meninggal dunia.
“Semua korban yang meninggal dunia ini semuanya sudah diverifikasi. Korban tersebar di Kabupaten Lombok Utara 273 orang, Lombok Barat 26 orang, Lombok Timur 11, Kota Mataram 7, Lombok Tengah 2, dan Kota Denpasar 2 orang,” terang Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, di Jakarta, Jumat (10/08), seperti dikutip dari setkab.go.id.
Sutopo menjelaskan, untuk jumlah pengungsi mencapai 270.168 jiwa tersebar di ribuan titik. BNPB memperkirakan, jumlah pengungsi juga diperkirakan bertambah mengingat belum semua terdata dengan baik. Kemudian, pada beberapa tempat dilaporkan masih ada pengungsi yang belum menerima bantuan, terutama di Kecamatan Gangga, Kayangan, dan Pemenang yang berada di bukit-bukit dan desa terpencil.
“Sejak Kamis (09/08) hingga sekarang, distribusi bantuan menggunakan 3 helikopter dari BNPB dan Basarnas. Bantuan dari darat terus disalurkan. Bahkan melibatkan banyak relawan dari komunitas pecinta mobil dan masyarakat yang memiliki kendaraan untuk membantu distribusi bantuan. Dapur umum dan pos kesehatan banyak yang didirikan untuk melayani pengungsi,” jelasnya.
Data sementara kerusakan rumah, papar Sutopo, sejauh ini mencapai 67.875 unit rumah. Dari hasil analisis citra satelit, terlihat kerusakan bangunan masif terjadi di Kabupaten Lombok Utara dan hampir 75 persen permukiman hancur dan rusak.
Penyebabnya, karena daerah tersebut paling dekat dengan pusat gempa dan menerima guncangan gempa dengan intensitas VII MMI. Rumah dengan konstruksi yang kurang memenuhi standar rumah tahan gempa ,tidak akan mampu menahan guncangan keras hingga roboh.
“Kerusakan fisik meliputi 67.857 unit rumah rusak, 468 sekolah rusak, 6 jembatan rusak, 3 rumah sakit rusak, 10 puskesmas rusak, 15 masjid rusak, 50 unit mushola rusak, dan 20 unit perkantoran rusak. Angka ini juga sementara. BNPB memperkirakan kerugian dan kerusakan akibat gempa 6,4 SR dan 7 SR di NTB dan Bali diperkirakan lebih dari Rp2 triliun, yang meliputi sektor permukiman, infrastruktur, ekonomi produktif, sosial budaya dan lintas sektor,” paparnya.
Tim SAR gabungan dari Basarnas, TNI, Polri, Kementerian ESDM dan relawan, urai Sutopo, masih menyisir dan melakukan evakuasi. dia menyebut, longsor terjadi saat gempa 7 SR mengguncang Dusun Dompu Indah, Kecamatan Kayangan Kabupaten Lombok Utara sehingga tebing longsor. Diduga menimbun 4 orang. Seorang istri melaporkan kehilangan suami, anaknya dan 1 orang tetangganya. “Tim SAR masih melakukan evakuasi. Namun medan sangat berat dan luas. Tanah remah dan mudah longsor sehingga membahayakan petugas,” ujarnya.
Lebih jauh diungkapkan Sutopo, bahwa bantuan terus mengalir berdatangan, baik relawan, logistik dan peralatan. Ratusan NGO dan organisasi masyarakat juga mendirikan pos pelayanan. Untuk bantuan yang datang, segera didistribusikan ke tempat-tempat pengungsian. Dapur umum dan dapur lapangan banyak yang didirikan. Distribusi logistik dengan melibatkan aparat pemerintah kecamatan dan desa untuk menyalurkan ke masyarakat.
“Camat diminta untuk mengambil logistik ke posko, kemudian lurah atau kepala desa mengambil di kecamatan sesuai dengan jumlah penduduk yang mengungsi atau memerlukan. Jadi distribusi ada yang disalurkan dari posko dan dapur umum, juga bantuan dari aparat desa untuk menyalurkan bantuan,” tukasnya.
Kepada masyarakat yang memerlukan informasi, Sutopo mempersilahkan menghubungi Call Center Posko Tanggap Darurat Pulau Lombok dengan nomor 0853 3863 9789 dan 0859 6147 2837. Sementara itu Call Center Pospenas (POs Pendampingan Nasional BNPB melalui 0853 3365 6353.
“Bantuan akan diangkut dengan pesawat Hercules TNI ke Lombok. Nomor kontak Posko Bantuan TNI 0812 6790 682, 0812 3161 1998 dan 0818 7264 089. Atau dapat disalurkan ke lembaga-lembaga yang bergerak di bidang kemanusiaan,” tandasnya. (tul)