PANGKALANBALAI, fornews.co – Badan Restorasi Gambut (BRG) menyatakan, target restorasi gambut yang masuk dalam kawasan konsesi di Sumatera Selatan (Sumsel), mencapai 534.162 hektar masih menghadapi kendala di lapangan.
Deputi III Bidang Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi dan Kemitraan BRG, Dr Myrna Asnawati Safitri menyampaikan, kendala yang dihadapi pihaknya dalam hal supervisi terhadap kawasan konsesi, yakni banyak perusahaan yang salah kaprah menganggap supervisi yang dilakukan pihaknya (BRG) seperti pengawasan.
“Sementara, kami terus menerus menyampaikan bahwa perintah pak Presiden yang diberikan kepada BRG itu, meskipun katanya supervisi, tetapi sebenarnya adalah asistensi secara teknis kepada perusahaan, agar mampu menjalankan kegiatan restorasi dan hidrologinya dengan baik,” ujarnya, usai menghadiri kegiatan sosialisasi dan doa bersama warga Nahdatul Ulama (NU) dalam mengantisipasi Karhutla di Ponpes Al Ittihad Desa Mulyasari, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Sabtu (20/07).
Sambung Myrna, kendala yang kedua yang dihadapi dalam restorasi di kawasan konsesi yakni minimnya para ahli yang relevan, untuk membantu supervisi. Karena ahli gambut tidak banyak juga. Begitu juga dengan hhli hydrologi.
“Dengan permintaan yang banyak, kami harus mengatur ulang komposisi yang ada. Karena setelah mereka (perusahaan) mengetahui perihal supervisi dari kami, itu mengantri untuk meminta dilakukan supervisi,” bebernya.
Masih kata Myrna, target restorasi gambut di kawasan konsesi itu pihaknya bekerja sama dengan Dirjen Perkebunan. “Ada MoU antara BRG dan Dirjen Perkebunan, pada hal ini persoalan-persoalan perkebunan termasuk yang ada di Sumsel,” jelasnya.
Disinggung progres supervisi yang dilakukan BRG terhadap perusahaan pemilik konsesi di lahan gambut, ia mengklaim hingga saat ini baru ada empat perusahaan yang sudah menjalani supervisi tersebut, ya itu BKI, SJK, IAM, dan WG. Itu sekitar 25.000 hektar total area dari empat perusahaan itu. Pada supervisi, mereka didampingi ahli gambut, ahli hidrologi, untuk mendatangi areal-areal kawasan itu.
“Di situ (supervisi) kami (BRG dan tim ahli) melihat bagaimana sekat kanal dan sumur bor, dan bagaimana pemanfaatan gambut yang mereka lakukan. Dari situ kemudian, kami dari BRG memberikan advice-advice kepada perusahaan bagaimana mereka memperbaiki kondisi infrastruktur yang sudah rusak,” katanya seraya menyebutkan, tim ahli yang dilibatkan dalam hal supervisi yakni ahli gambut dari Unsri (Dr Momon Sodik Imanudin).
“Setelah kita datangi kita berikan advice, itu mereka melakukan perbaikan. Nah, itu nanti akan kita datangi lagi, mungkin sekitar enam bulan jaraknya untuk kita melakuan kunjungan lagi melihatnya. Tetapi konsultasi kepada tim ahli kami masih terus dibuka. Jadi secara individual mereka masih terus berkonsultasi,” sambungnya.
Adapun kawasan nonkonsesi yang terdampak (kebakaran) untuk direstorasi, diklaim Myrna bahwa dari 120.000 hektar, sampai dengan akhir 2018, sudah dilakukan pembasahan hingga 100.000 hektar.
“Jadi di luar konsesi, progresnya sangat baik. Semua on the track,” pungkasnya. (ars)