fornews.co — Nama pahlawan Nyi Ageng Serang mungkin belum akrab terdengar. Perempuan hebat ini berjasa besar terhadap perang penjajahan Belanda (VOC).
Sejak bergelar Nyi Ageng Serang, Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi, merupakan panglima perang sekaligus penasehat sesepuh Pangeran Diponegoro.
Baca: Mimis Kencana Siasat Perang Pangeran Diponegoro dan Pakubuwono VI Hancurkan Belanda
Dalam Perang Jawa ia dijuluki Lonjong Mimis dan dikenal sebagai Diraja Meta yang berarti dentuman senjata.
Wulaningsih yang lahir pada 1 Oktober 1752 di Serang, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, diketahui gemar berlatih ilmu bela diri sejak usia belia sehingga piawai dalam bertempur. Setelah dewasa ia dikenal sebagai ahli strategi perang.
Dikutip dari bebagai sumber, pada usia 16 tahun Wulaningsih telah bergabung di militer Kraton Mataram Yogyakarta ketika kompeni Belanda semakin kurangajar ingin menguasai tanah Jawa.
Namun, Wulaningsih kecil selalu sengit dengan kehadiran Belanda sejak awal Karaton Mataram Yogyakarta berdiri setelah perjanjian Giyanti tahun 1755.
Baca:Delapan Kali Menikah Pangeran Diponegoro Dikaruniai 17 Anak
Ketika Perang Jawa meletus dirinya langsung bergabung dengan Pangeran Diponegoro.
Kisah heroik Nyi Ageng Serang melawan kompeni Belanda menghapus pemikiran terhadap perempuan yang selalu dianggap lemah.
Sejumlah fakta terungkap, Nyi Ageng Serang yang merupakan leluhur Ki Hajar Dewantara adalah perempuan sakti, tangguh, dan selalu tampil beda saat di medan perang.
Baca:Kampung Tua di Yogya sejak Mataram Islam
Keturunan Sunan Kalijaga ini adalah istri Pangeran Serang I berputra Pangeran Serang II yang memimpin ratusan prajurit Demak dan Serang menyerbu Belanda (VOC) di pesisir Utara.
Wulaningsih juga pernah menjadi istri raja Mataram Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwana II, sebelum akhirnya kembali ke tempat orang tuanya yang menjadi Bupati di Purwodadi.
Ayahnya bernama Pangeran Rangga Seda Jajar adalah seorang Panembahan Senopati Natapraja di masa kekuasaan Sri Sultan Hamengku Buwana I sebelum akhirnya diangkat menjadi Bupati di Purwodadi.
Pada Agustus 1828, Nyi Ageng Serang wafat di Notoprajan dan dimakamkan di Bukit Traju Mas, Padukuhan Beku, Kalurahan Banjarharjo, Kapanewon Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, DIY.
Bukit Traju Mas dahulu pernah menjadi markas Nyi Ageng Serang ketika Perang Jawa meletus. Tempat ini sering didatangi peziarah dari berbagai daerah Indonesia. (adam)
Copyright © Fornews.co 2023. All rights reserved.