SEKAYU, fornews.co – Kelestarian ekosistem dan biota sungai masuk dalam salah satu prioritas Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin di bawah komando Bupati Dodi Reza Alex dan Wakil Bupati Beni Hernedi. Berbagai implementasi program yang berkaitan dengan pelestarian ekosistem dan biota sungai di Muba terus digencarkan agar tetap terjaga dari dampak pencemaran lingkungan.
Salah satu langkah yang diambil Pemkab Muba terkait hal ini adalah rencana menerapkan sistem biocleaner. Hal ini disampaikan Wakil Bupati Muba Beni Hernedi saat menerima jajaran PT Zefa Palindo Jaya dalam rangka sharing tentang water treatment di rumah dinas Wakil Bupati Muba, Jumat (25/10).
“Jadi biocleaner ini semacam sistem memperbaiki air sungai yang rusak yang menyebabkan hilangnya biota sungai sebagai suplai makanan bagi ikan. Penyebabnya limbah yang masuk ke sungai. Tentu ini harus dicegah agar tidak terjadi di Muba,” ujar Wakil Bupati Muba Beni Hernedi.
Dikatakan Beni, tujuan diterapkannya biocleaner ini adalah untuk menjaga sumber daya perikanan sungai di Muba yang telah mengalami degradasi akibat aktivitas sekitar sungai.
“Tidak hanya itu, rencana kedepan melalui sistem biocleaner ini juga akan ada sistem pengukuran kualitas udara di Muba yang perlu diperbaiki lagi. Supaya kualitas udara bisa terpantau secara update real time,” katanya.
Sementara itu, Owner PT Zefa Palindo Jaya, Ependi menerangkan, biocleaner adalah teknologi terbaru di bidang waste water treatment (WWT) – sewage treatment plant (STP) yang telah mendapatkan green patent technology dari USA No: 8066873 B2.
“Biocleaner berhasil melakukan riset dengan mengumpulkan berbagai tipe bakteri mikroorganisme yang bersifat anaerobic, facultative dan aerobic yang diperlukan untuk mengolah limbah organik yang ada di dalam sistem waste water treatment,” jelasnya.
Menurut Ependi, kelebihan biocleaner dibandingkan dengan biological treatment pada umumnya yakni satu unit biocleaner mampu mengolah air limbah organik dengan design 80-150 kg.BOD/hari dengan berbagai kelebihan di antaranya akan meningkatkan kualitas effluent secara signifikan, mudah untuk digeser dan dipindahkan sesuai dengan kebutuhan, bakteri biocleaner akan memakan bio solid yang terbentuk, sehingga praktis tidak memerlukan penanganan lumpur yang berarti.
“Kemudian, sisa padatan anorganik bisa diambil setiap 3 sampai 5 tahun sekali. Bakteri biocleaner juga akan memakan amonia yang ada sehingga isu amonia dapat teratasi dengan baik,” terangnya.
Ia menambahkan, teknologi ini menggunakan total energi yang sangat rendah. Berdasarkan pengalaman, teknologi biocleaner hanya membutuhkan 0,24 kW/m3 jauh lebih rendah dibandingkan teknologi extended aeration yang umumnya membutuhkan energi hingga 3 kW/m3.
“Dengan kualitas hasil effluent yang sangat jernih, maka sangat mudah dipergunakan untuk recycle system, misalnya sebagai pendingin cooling system AC (air conditioning), flushing toilet, gardening (siram tanaman),” tuturnya.
“Keunggulannya tidak perlu lahan yang besar, sangat fleksibel dan mudah untuk dipindah-pindahkan, tidak tergantung lingkungan, biaya operasional dan pemeliharaan yang rendah, tidak berbau, tidak menghasilkan lumpur, tidak memerlukan chemical atau bakteri nutrient effluent dapat lebih mudah untuk di-recycle,” tambahnya.
Ependi mengungkapkan, pihaknya juga sebelumnya telah berhasil melakukan pengolahan limbah sampah menjadi bersih. “Ini sudah kami lakukan di TPA Bantar Gebang dan TPA di Bali,” pungkasnya. (ije)