BENGKULU, fornews.co– Presiden Joko Widodo (Jokowi) memaparkan panjang lebar tentang alasan pemerintah memilih fokus membangun infrastruktur selama 4,5 tahun ini.
Menurut Jokowi, bahwa pada tahun 1979, saat pemerintah membangun Tol Jagorawi, dari Jakarta menuju Bogor dan Ciawi, banyak negara melihat dan datang ke Indonesia. Malaysia melihat bagaimana Indonesia membangun jalan tol Jagorawi, begitu juga Thailand, Filipina bertanya bagaimana manajemen Jagorawi serta Vietnam, China melihat bagaimana konstruksi dan pengelolaan Jagorawi.
“Hal ini dilakukan bukan tanpa alasan, tetapi dipilih karena stok infrastruktur kita memang masih sangat rendah sekali. Kita kalah jauh dengan negara-negara tetangga,” kata Presiden Jokowi, saat memberikan sambutan pada pembukaan Sidang ke-51 Tanwir Muhammadiyah, di Balai Raya Semarak, Gedung Daerah Provinsi Bengkulu, Jumat (15/20) pagi, seperti dikutip dari setkab.go.id.
Namun setelah 40 tahun, terangnya, negara yang tadinya melihat Indonesia banyak yang sudah jauh meninggalkan dalam pembangunan infrastruktur ini. Jika selama 40 tahun Indonesia membangun 780 kilometer (km) jalan tol, Malaysia yang dulu melihat Indonesia, sekarang sudah membangun kurang lebih 1.800 km jalan tol. Bahkan ini yang paling ekstrem, Tiongkok telah membangun 280.000 km jalan tol.
“Apa yang saya lihat dari peristiwa ini? Kita sering memiliki ide dan gagasan, kemudian kita juga sering memulai yang pertama seperti juga Otorita Batam, termasuk kita yang pertama saat itu, tapi tindak lanjut dari itu kita selalu terseok-seok,” terangnya.
Saat meninjau di lapangan, Jokowi melihat penyebab akan lambannya pembangunan, utamanya jalan, bukan hanya jalan tol. Hal yang paling banyak menyebabkan terhambat adalah pembebasan lahan. Jokowi menyebut satu contoh, pembangunan Jalan Tol Balikpapan-Samarinda yang terhenti lebih dari 9 tahun. Setelah dirinya masuk ke dalam, melihat di lapangan, problemnya ada di pembebasan lahan. Dari situ, ada dua hal yang menyebabkan pembangunan jalan berhenti dan tidak bisa diteruskan.
“Pertama jalan tersebut lewat hutan koservasi. Saat itu saya telepon ke Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup, apakah hal seperti ini tidak bisa diatasi? Oh bisa Pak, ada payung hukumnya, dimungkinkan. Ya sudah saya beri waktu 2 minggu untuk diselesaikan. Ternyata juga bisa diselesaikan dengan payung hukum yang ada,” paparnya.
Kemudian, sambung Jokowi, berhenti lagi karena lahannya lahan Kodam sehingga tidak ada yang berani lewat. “Saya telepon lagi Panglima TNI. Panglima ini ada masalah. Saya beri waktudua minggu untuk menyelesaikan. Enggak ada seminggu juga udah rampung,” papar Presiden.
Hal-hal seperti itu, ungkapnya, yang menyebabkan keterlambatan Indonesia dalam proses-proses pembangunan. Tidak hanya jalan tol, juga pelabuhan, airport, dan pembangunan-pembangunan yang lainnya. Termasuk hal-hal kecil yang menyebabkan sebuah pembangunan itu berhenti.
Jokowi juga menjelaskan alasan pemerintah memprioritaskan pembangunan infrastruktur. Kalau melihat stok infrastruktur, Indonesia memang masih sangat rendah sekali dan kalah jauh dengan negara-negara tetangga.
“Berikutnya biaya transportasi, biaya logistik dibanding Singapura sama Malaysia aja yang deket, 2,5 kali lipat. Artinya, daya saing kita rendah. Daya saing negara kita menjadi rendah,” jelasnya.
Mengenai tudingan pemerintah hanya membangun infrastruktur yang besar-besar, Jokowi menegaskan, yang kecil-kecil itu dibangun melalui Dana Desa. Dari Dana Desa yang telah diberikan ke desa-desa, telah dibangun infrastruktur-infrastruktur dasar bagi rakyat yang ada di desa. “Jalan, jalan kecil-kecil yang ada di desa telah terbangun 191.000 km jalan-jalan yang ada di desa,” tandasnya. (tul)