YOGYAKARTA, fornews.co—Menyambut Hari Wayang Sedunia, pameran bertajuk “Kita adalah Wayang” di Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) tanggal 16 Oktober–14 November 2021 memamerkan karya-karya seniman besar di Indonesia.
Pameran digelar oleh Dini Art Manajemen (Diam) bekerja sama dengan PT Angkasa Pura 1 Yogyakarta menghadirkan lukisan karya Nasirun, Agus Nuryanto, Agus Syahri, Bernard Wayang, Aryo Bimo, Chryshnanda DI, Edimaesar, Eko Mbendol, Herjaka, Irawan Hadi, Iskandar, Ki Lutfi Caritogomo, Ledek Sukadi, Mahmudi, Nugroho Hohok, Rudy Prasetyo, Setyowati, Slamet Riadi, Suranto Ipong, Tales Suparman, V Rommy Iskandar, dan Wasis Subroto.
Direktur Diam, Taufik Ridwan, mengakui pada umumnya bandara di Indonesia hanya menjadi perlintasan bagi orang yang hendak bepergian. Padahal bandara juga berpotensi sebagai ruang pameran.
“Saat pendemi seperti sekarang ini siapa yang mau datang ke galeri?” selorohnya.
Dirinya memastikan kalaupun ada galeri yang buka belum tentu orang yang datang mau masuk ke dalam sebab takut tertular.
Pameran yang rata-rata per hari dikunjungi seribu orang itu turut mendongkrak perekonomian yang dua tahun ini lesu. Terlebih di dunia seni rupa dan pariwisata.
“Kami hadir di tengah-tengah kerumunan di YIA yang setiap hari dikunjungi sebanyak seribu orang,” katanya optimis.
Kalau setiap hari ditonton 1.000 orang, maka, katanya, dalam sebulan akan ada penonton atau pemirsa yang jumlahnya sebanyak 30.000 orang.
“Bayangkan kalau 30 ribu itu 10% saja alias 3 ribu, sudah sangat lebih yang ada di galeri. Lebih-lebih kalau dari 3 ribu tadi sepuluh persennya mengoleksi lukisan yang di pamerkan. Itulah gotong-royong.”
Sebanyak 22 lukisan yang dipamerkan dua di antaranya adalah karya perupa asal Kulonprogo, satu orang dari Purworejo dan selebihnya campuran.
Namun, sambung Taufik, kadang lebih didominasi dari Yogya karena mereka sudah terbiasa di dunia seni.
Baca: Hari Wayang Sedunia Puluhan Seniman Beraksi di Bandara YIA
Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) yang pernah diusulkan agar dibangun gedung megah bertaraf internasional itu kini semakin hidup.
Gedung megah yang nantinya digunakan untuk berbagai pameran berkelas Internasional akan menarik wisatawan.
Ke depan, kata Taufik, bandara akan sekaligus menjadi destinasi wisata yang menjanjikan.
“Selama ini orang mau masuk bandara itu takut, tapi dengan dibuat piknik seperti itu justru akan mengedukasi—meski mereka hanya sekadar datang dan berswa foto di Bandara,” katanya.
Lukisan karya-karya seniman besar itu bukan tanpa alasan dipamerkan di YIA, pasalnya, bandara internasional yang berada di Kulonprogo, DIY, telah mendunia.
Menariknya, sambung Taufik, di saat pandemi di mana orang selalu berkerumun kerena hendak bepergian mereka pastilah orang-orang sehat dan sangat menyesuaikan Protokol Covid-19.
Protokol kesehatan itu sebagai peraturan ketika hendak bepergian dengan moda transportasi udara. Artinya, ribuan orang yang berkerumun di bandara setiap hari bisa menikmati karya seni rupa dengan merdeka, terhibur dan teredukasi.
Masih dari serangkaian pameran, sejumlah perupa dan penari tampil di Kawasan Tugu Malioboro (KTM) teras Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) pada Ahad kemarin (7/11/2021).
Para perupa melukis bersama dunia wayang dan cerita uniknya mulai pukul 10.00 WIB dan dibuka langsung oleh Bupati Kulonprogo, Drs H Sutedjo.
Menjelang akhir pameran pada tanggal 14 November 2021 mendatang seluruh karya seni rupa wayang akan dilelang secara online. (adam)