Penulis oleh A.S. Adam
DALAM Babad Tanah Jawi, Raden Mas Jolang diberitakan meninggal di Krapyak karena sakit parah. Namun, dalam babad itu tidak dijelaskan tentang penyakitnya.
Panggung Krapyak atau Kandang Menjangan, yang berada di Selatan Karaton Yogyakarta menyisakan kisah peristiwa dalam berbagai versi.
Dalam Babad Sengkala serat Nitik Sultan Agung, Raden Mas Jolang meninggal secara misterius pada malam Jum’at tanggal 1 Oktober 1613 saat berburu kijang di hutan Krapyak.
Sedangkan dalam Babad Mataram, Raden Mas Jolang disebut meninggal akibat diracun oleh Juru Taman Danalaya abdi kesayangan raja sendiri.
Juru Taman Danalaya kerap membuat gaduh di lingkungan Karaton. Bahkan berani menyamar sebagai raja Mataram.
Kisah Juru Taman Danalaya itu diinterpretasikan dalam Suluk Wujil yang berisi nasihat mistik Kanjeng Sunan Bonang pada Abdi kesayangan Raja Majapahit.
Sejumlah narasumber menduga meninggalnya Raden Mas Jolang akibat pihak lain yang tidak setuju terhadap posisinya.
Raden Mas Jolang atau Panembahan Hanyakrawati merupakan Raja Kesultanan Mataram kedua setelah Panembahan Senopati wafat bergelar Sri Susuhunan Adi Prabu Hanyakrawati Senopati Ing Ngalaga Mataram.
Kelak Raja kedua Mataram itu menurunkan Sultan Agung Raja terbesar Kesultanan Mataram Islam dari perkawinannya dengan Dyah Banowati putri Pangeran Benawa Raja Pajang putra Jaka Tingkir.
Disebut dalam Babad Tanah Jawi, pengangkatan Panembahan Hanyakrawati sebagai raja kedua Mataram membuat Pangeran Puger merasa lebih berhak menggantikan Panembahan Senopati.
Pangeran Puger sakit hati dan sempat melakukan pemberontakan pada tahun 1602.
Namun, setelah menjadi Adipati Pragola, Pangeran Puger kembali melakukan pemberontakan kepada Mataram di masa Sultan Agung putra Panembahan Hanyakrawati.
Pangeran Puger adalah putra kedua Panembahan Senopati yang lahir dari selir bernama Nyai Adisara.
Sedangkan Panembahan Hanyakrawati merupakan putra keempat Panembahan Senopati yang lahir dari Permaisuri Ratu Mas Waskitajawi, putri Ageng Panjawi penguasa Pati.
Kepada fornews.co banyak narasumber berpendapat: meninggalnya Panembahan Hanyakrawati adalah akibat dari konspirasi politik.
Setelah Raja Mataram wafat, Sri Susuhunan Adi Prabu Hanyakrawati Senopati Ing Ngalaga Mataram digelari Anumerta Panembahan Seda Ing Krapyak. (*)