YOGYA, fornews.co—Hari ini tanggal 22 Februari menjadi sejarah baru bagi Kerajaan Arab Saudi. Raja Salman melalui dekrit menetapkan tanggal tersebut sebagai Hari Pendirian Arab Saudi.
Hari Pendirian Arab Saudi itu menjadi peristiwa besar karena untuk menciptakan Negara baru bukanlah suatu pekerjaan yang mudah.
Hal itu diungkapkan Dr Moahmemd Gharawi, selaku Direktur Sama Center sekaligus Jurnalis senior dari Arab Saudi melalui laporan tertulisnya.
Baca: Penerbangan Indonesia ke Arab Saudi tidak Perlu Persyaratan Booster
“Butuh keringat, darah, dan air mata untuk membangun dan menyatukan apa yang 300 tahun kemudian menjadi Kerajaan Arab Saudi modern,” katanya.
Pengumunan yang ditetapkan melalui dekrit kerajaan yang dikeluarkan oleh Raja Salman itu juga sebagai peringatan Hari Imam yang merupakan gelar bagi mantan raja.
Menurut Gharawi, merayakan peristiwa Hari Kerajaan Arab Saudi membantu membangun identitas nasional, meskipun asal-usulnya sederhana.
Baca: Pemerintah Indonesia Apresiasi Putusan Arab Saudi Pembatasan Kuota Haji
Pada tahun 1727, Mohammed bin Saud mendirikan Diriyah sebagai negara kota otonom.
Diriyah sampai hari ini masih menjelma sebagai tekad dan kebanggaan terbaik bagi Arab Saudi.
Meski beberapa ahli sejarah mengembalikan asal-usul Diriyah kepada Manee Al-Mouridi dan upayanya mendirikan kotanya.
Namun, awal sebenarnya dari Negara Arab Saudi modern berada pada kenegarawan cerdas keturunannya Mohammed bin Saud.
Mohammed bin Saud merupakan tokoh termasyhur di Arab Saudi. Ia dikenal sebagai orang yang membentuk aliansi dan memimpin pertempuran untuk menciptakan negara baru.
Negara Arab Saudi tidak lahir dari revolusi anarkis atau perjuangan kemerdekaan pasca-kolonial. Masyarakat setempatlah yang menginginkan sebuah negara dan membangun dari bawah ke atas.
Baca: Tiba-tiba Salju Mengguyur Kawasan Barat Laut Arab Saudi
“Perayaan Hari Kerajaan Arab Saudi ini mengingatkan anak-anak kita tentang pengorbanan besar yang dilakukan nenek moyang mereka untuk menyatukan negara besar ini.”
Kata Gharawi, bahwa keberadaan itu tidak mungkin dapat bertahan lebih dari tiga abad tanpa upaya besar untuk menjaganya tetap bersatu dan makmur.
Ketangkasan dan kemampuan beradaptasi dengan perubahan menjadi ciri utama Negara Arab Saudi.
“Dan generasi baru kita haus belajar dari keterampilan ini untuk menemukan kembali jati diri mereka sendiri setiap kali mereka menemukan diri mereka dalam situasi sulit.”
Arab Saudi yang juga didominasi oleh bangsa Indonesia yang merupakan Negara dengan kisah nenek moyang dan fakta sejarahnya tentu akan menilai hal ini menjadi penting.
Arab Saudi maupun Indonesia, kata Ghurawi, mereka punya tanggung jawab penting untuk mencerahkan generasi muda.
“Kita dengan kisah nenek moyang mereka. Dan fakta bahwa sebagian besar kita menjalani kehidupan yang nyaman hari ini karena pengorbanan mereka,” katanya.
Hanya dengan kesadaran sejarah inilah, imbuhnya, mereka dapat menavigasi realitas keras dunia saat ini.
“Hari Pendirian membawa kita kembali kepada kebenaran mendasar, yakni tentang kekuatan visi satu orang dan solidaritas komunitas,” pungkasnya. (adam)