YOGYA fornews.co – Boediardjo tokoh penting Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta Mendunia. Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta telah membuka mata dunia bahwa Indonesia masih ada.
Salah satu tokoh penting dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah Opsir Udara III Boediardjo.
Baca: Serangan Umum 1 Maret, Teatrikal Perang Enam Jam Yogyakarta
Belanda yang waktu itu melakukan Agresi Militer Belanda II telah menduduki Ibu Kota Negara di Yogyakarta.
Atas perintah Panglima Divisi III Gubernur Militer III, Kolonel Bambang Sugeng, Serangan Umum dilakukan besar-besaran.
“Tidak ada kontroversi dan Boediardjo yang saya ketahui pangkatnya Mayor,” ungkap Batara R Hutagalung, kepada fornews.co, Kamis (2/3/2023) sore waktu Yogya melalui pesan singkat whatsapp.
Putra dari Letkol TNI (Purn.) Dr. Wiliater Hutagalung mantan Kwartiermeester General Staf ‘Q’ TNI AD itu dalam buku “Panglima Bambang Sugeng” menyebut adanya instruksi rahasia yang diberikan kepada Letkol Soeharto sebagai Komandan Daerah III.
Instruksi rahasia itu berisi perintah untuk mengadakan serangan besar-besaran di Ibu Kota Yogyakarta pada 25 Februari – 1 Maret 1949 menggunakan bantuan pasukan Brigade 17.
Boediardjo bersama sejumlah pejuang yang saat itu berada di Markas Radio PHB AURI PC2 di Desa Banaran, Kapanewon Playen, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, melakukan penyebaran berita kesuksesan Serangan Umum 1 Maret 1949.
Tugas utama Opsir Udara III Boediardjo menyiarkan berita-berita perjuangan ke seluruh tanah air dan luar negeri.
Baca: Yogyakarta Peringati Serangan Umum 1 Maret 1949
Berita keberhasilan mengusir tentara Belanda itu disampaikan oleh Kolonel TB Simatupang yang kemudian segera disiarkan melalui Markas Radio PHB AURI PC2 di Banaran Playen.
Di rumah warga setempat bernama Pawirosetomo, sejak Januari hingga Maret 1949, berita perjuangan dan kesuksesan Serangan Umum 1 Maret 1949 ke seluruh dunia itu disiarkan secara berantai.
Mulai-mula berita kesuksesan Serangan Umum direlay melalui stasiun pemancar radio Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukit Tinggi dilanjutkan ke stasiun pemancar radio di Aceh.
Berita dari Sumatera kemudian diterima oleh stasiun pemancar radio AURI Indonesia Airways di Birma pimpinan Opsir Muda Udara III Soemarno yang diteruskan ke stasiun pemancar radio India.
Dari stasiun pemancar radio di India kabar kesuksesan Serangan Umum tersebut kemudian diteruskan ke perwakilan Republik Indonesia di PBB New York.
Akhirnya berita itu sampai ke Sidang PBB di New York setelah Serangan Umum dilancarkan oleh TNI. Berita itu diketahui dunia dan membuktikan Indonesia masih ada.
Berita itu membuat Belanda tertekan yang akhirnya harus angkat kaki dari Indonesia dan mengakui kedaulatan Republik Indonesia.
Diangkat Menjadi Kepala Jawatan Perhubungan AURI
Pada tanggal 17 Desember 1945 wewenang dan tanggung jawab bidang keudaraan diserahkan kepada TKR Jawatan Penerbangan.
Semua urusan komunikasi berikut personil dipercayakan kepada Sabar Wiryonomukti untuk menghimpun orang-orang berpengalaman di bidang komunikasi radio, salah satunya Boediardjo.
Boediardjo kemudian diberikan tugas untuk menyiapkan personil radio—termasuk untuk Dinas Perhubungan atau PHB AURI.
Sedikitnya 16 Sekolah Radio Telegrafis direkrut menjadi personil PHB-AURI dibantu oleh mantan Operator Radio Penerbangan dari Angkatan Udara Hindia Belanda (NIA), Adi Soemarmo Wirjokoesoemo.
Dua tahun kemudian, setelah diterbitkan Penetapan Pemerintah Nomor 6 tentang Pembentukan Angkatan Udara Opsir Udara III Boediardjo diangkat menjadi Kepala Jawatan Perhubungan AURI.
Penerbitan penetapan itu sekaligus menetapkan Raden Surjadi Suryadarma sebagai Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) berikut dua orang wakilnya R.Soekarnaen Martokoesoemo dan Adisoetjipto.
Pengangkatan Boediardjo menjadi Kepala Jawatan Perhubungan AURI itu bersamaan dengan penyerbuan Belanda ke Yogyakarta pada 19 Desember 1948.
Penyerbuan Belanda itu bermaksud merebut Ibu Kota Negara. Belanda bahkan menangkap para pemimpin bangsa salah satu di antaranya adalah Wakil Presiden Mohammad Hatta yang akrab dengan sebutan Bung Hatta.
Namun, dalam penangkapan itu Bung Hatta sempat mengirimkan pesan radiogram.
Pesan radiogram yang kemudian diterima oleh Sabar Wijoyomukti melalui stasiun radio AURI di Terban, Yogyakarta, disampaikan ke seluruh stasiun radio AURI di wilayah Republik Indonesia.
“Pemerintah Republik Indonesia di Yogya dikepung musuh dan tidak dapat melakukan tugas kewajibannya, tetapi persiapan telah diadakan untuk meneruskan pemerintah republik Indonesia di Sumatera. Apapun yang terjadi dengan orang-orang pemerintah yang ada di Yogyakarta, perjuangan diteruskan.” Demikian bunyi pesan tersebut.
Badan Purbakala dan Cagar Budaya (BPCB) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyebut setelah berhasil melakukan pengiriman berita, Boediardjo, menghancurkan stasiun radio AURI di Terban untuk menghilangkan jejak dari Belanda.
Hal itu dilakukan Boediardjo untuk melindungi para pejuang dari serbuan Belanda sehingga dapat melanjutkan perjuangan.
Pasca Serangan Umum 1 maret 1949 Budiardjo menyandang beberapa jabatan penting di AURI. (adam)