ISTANBUL, fornews.co – Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) menggelar Konferensi Tingkat Menteri Darurat (KTM Darurat OKI) di Istanbul, Turki, Jumat (22/03). Konferensi dilaksanakan menyikapi tragedi penembakan umat muslim di masjid di Christchurch serta upaya OKI menangkal ujaran kebencian kepada muslim.
“Indonesia mengutuk keras aksi terorisme yang terjadi di Masjid Al Noor dan Linwood di Christchurch, Selandia Baru,” tegas Menteri Luar Negeri RI, Retno L.P. Marsudi dalam tujuh pesan kunci Indonesia pada KTM Darurat OKI.
Pesan tersebut, merupakan satu di antara tujuh butir utama pernyataan Menlu RI dalam pertemuan. Dalam pesan kedua, Menlu RI juga menegaskan kecaman terhadap pernyataan yang dikeluarkan oleh Senator Fraser Anning dari Australia. Pernyataan Senator Anning dinilai tidak bertanggung jawab, menyakitkan dan ofensif.
Dalam pesan kunci yang ketiga, Menlu menyampaikan bahwa sebagai anggota Dewan Keamanan PBB, Indonesia -bersama Kuwait- telah menginisiasi press statement DK PBB mengecam keras tragedi Christchurch yang merenggut sejumlah korban jiwa, termasuk WNI.
Keempat, Menlu RI menyampaikan bahwa serangan di Christchurch mengingatkan bahwa tidak ada negara yang imun terhadap terorisme. Serangan Christchurch juga merupakan bukti masih kurangnya pemahaman publik bahwa Islam adalah agama yang damai.
“Kita harus mencegah agar pemikiran ‘clash of civilizations‘ tidak terjadi,” kata Retno.
Kelima, Indonesia menyampaikan bahwa OKI harus memperkuat nilai-nilai toleransi, sebab perdamaian hanya dapat dibangun dengan fondasi toleransi yang kuat. Poin keenam, OKI perlu memperkuat upaya mempromosikan interfaith dialogue. Dan ketujuh, mengingat banyak kepentingan ummah yang sedang menghadapi tantangan, maka OKI harus bersatu dalam menangani tantangan ummah, termasuk opresi yang terus terjadi terhadap bangsa Palestina.
Selain tujuh butir tersebut, Menlu RI mengingatkan agar OKI dapat meningkatkan komitmen untuk menggunakan OIC Contact Group for Peace and Dialogue sebagai platform untuk menangani Islamofobia dan bentuk diskriminasi lain yang dihadapi Ummah.
Sebagai penutup, Menlu RI mengharapkan agar OKI dapat terus menjalankan peran sebagai penjuru Utama penyebaran Islam yang damai.
Selain anggota OKI, hadir dalam KTM darurat OKI tersebut, Menlu Selandia Baru, Winston Peters. Dalam pernyataannya Menlu Selandia Baru menyampaikan bahwa seluruh masyarakat negaranya berduka dan mengecam serangan teroris di kedua masjid minggu lalu. Menlu Peters juga menghargai dukungan dan solidaritas dunia Islam untuk Selandia Baru.
“Berbagai langkah telah dan akan diambil Selandia Baru termasuk memperketat aturan kepemilikan senjata api,” tuturnya.
KTM Darurat OKI yang bertajuk “OIC Open Ended Executive Committee Emergency Ministerial Meeting On The Recent Terrorist Attack Against Two Mosques In New Zealand And Countering Hatred Against Muslims” ini diselenggarakan di Istanbul, 22 Maret 2019. KTM didahului dengan pertemuan pada level pejabat tinggi pada 21 Maret 2019. Pada pertemuan ini, Turki bertindak sebagai pimpinan sidang dalam kapasitasnya sebagai Ketua Komite Eksekutif dan Islamic Summit OKI pada periode ini.
Pertemuan menyepakati dokumen Final Communique yang mengecam aksi teror di Christchurch seraya menekankan solidaritas dan dukungan kepada Selandia Baru untuk menuntaskan proses hukum bagi pelaku teror. Dokumen juga meminta komunitas internasional untuk menginisiasi dan mendukung upaya pencegahan intoleransi, diskriminasi, dan stereotip negatif, pengucilan serta stigmatisasi negatif terhadap muslim. Untuk dampak yang lebih luas, negara-negara OKI juga sepakat untuk bekerjasama sama dengan PBB dan Uni Eropa untuk lakukan pemantauan terhadap isu Islamofobia serta melaksanakan dialog konstruktif yang diharapkan dapat memperkuat toleransi, harmoni antar agama dan budaya. (ije)