Penulis oleh A.S. Adam
MUNCULNYA Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) sebagai perusahaan dagang Belanda di Jawa pada tahun 1956 menjadi awal penjajahan panjang di Indonesia.
VOC yang bediri pada 20 Maret 1602 mendeklarasikan sebagai perusahaan multinasional dengan sistem pembagian saham pertama di dunia.
Namun, VOC memonopoli perdagangan di Asia sehingga berpotensi menimbulkan perang di Jawa yang merembet hingga Sumatra, Indonesia bagian Timur dan Tengah.
Jan Huyghen van Linschoten dan Cornelis de Houtman, adalah dua orang yang harus bertanggung jawab terhadap penjajahan dan perang di Jawa, Sumatra, Celebes, Borneo, dan Irian Jaya.
Menurut peneliti naskah-naskah kuno perjanjian era kolonial Belanda, Rendra Agusta, mengungkapkan pemerintah Belanda selalu memulai perang.
VOC yang diberikan fasilitas dan hak-hak istimewa (octrooi) oleh Pemerintah Belanda, juga selalu bertindak sewenang-wenang.
Selain itu, VOC bertindak seperti layaknya satu negara meski sebenarnya hanyalah sebuah perkumpulan dagang.
“Mereka diperbolehkan memiliki tentara dan mata uang, bernegosiasi dengan negara lain hingga menyatakan perang,” kata Rendra, kepada penulis.
Perkumpulan dagang itu sendiri disebut-sebut sebagai negara di dalam negara yang memiliki 17 tuan (Heeren XVII) dari Amsterdam, Middelburg, Enkhuizen, Delft, Hoorn, dan Rotterdam.
Pura-pura Berdagang
Sama halnya dengan bangsa-bangsa Eropa yang awalnya mengaku punya tujuan berdagang, VOC yang mewakili pemerintah Belanda, juga melakukan perjalanan ke Jawa dengan dalih berdagang.
Di balik sikap berpura-pura berdagang, bangsa-bangsa Eropa itu memiliki siasat licik untuk menguasai bangsa pribumi di Jawa dengan cara bersekutu dengan negara-negara Eropa.
Persekutuan itu dilakukan setelah mendapat pengusiran oleh penduduk lokal yang telah mengetahui niat jahat mereka.
Meski para kompeni yang berpura-pura berdagang itu sebelumnya berhasil lolos dan kabur dari perlawanan penduduk lokal, namun, mereka kembali lagi ke Jawa dan berkolonisasi melakukan penjajahan.
Saat kabur melarikan diri mereka juga berhasil membawa rempah-rempah, meski harus kehilangan separuh awak kapal yang mati akibat perlawanan penduduk lokal.
Kompeni yakni sebutan pribumi Jawa dan Melayu, yang berarti penjajah Belanda berasal dari kata compagnie, yakni persekutuan dagang Belanda atau VOC.
Sebutan kata ‘kompeni’ lebih ditujukan kepada tentara Belanda yang selalu melakukan penindasan terhadap rakyat pribumi.
Perseteruan Belanda dengan Portugis dan Penduduk Lokal
Jauh sebelum akhirnya Belanda dapat menguasai Jawa hingga pasca Perang Dunia II, mereka diganjal masalah oleh Portugis dan Inggris.
Portugis yang merasa terlebih dahulu menemukan Jawa melalui “jalur rahasia” tidak begitu saja memberikan peluang kepada Belanda.
Untuk menghadapi masalah itu, oleh Staaten Generaal di Belanda, VOC diberi wewenang memiliki tentara dengan syarat harus membiayai sendiri.
Dalam beberapa catatan sejarah, Portugis dan Spanyol mengaku mendahului Belanda menemukan Jawa dengan “jalur rahasianya”.
Atas dasar pengakuan mereka itulah Cornelis de Houtman segera melakukan pelayaran dengan empat kapal ke Banten dan berlabuh di Jawa pada tahun 1595-1597.
Sesampainya di Jawa, Cornelis de Houtman dengan awak kapal dalam kondisi mengenaskan. Empat kapalnya mengalami banyak kerusakan.
Empat kapal ekspedisi yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman yang berlayar ke Jawa merupakan kontak pertama Indonesia dengan Belanda.
Kedatangan Houtman di Jawa justru menyebabkan perseteruan dengan orang Portugis dan penduduk lokal. Namun, karena kalah berseteru Houtman kabur pulang ke Belanda.
Sementara pada tahun 1605-1611, Frederik de Houvnztman menjadi Gubernur VOC di Ambon. Setelah itu, ia kembali dijadikan Gubernur Maluku pada 1621-1623.
Bermarkas di Batavia
Pada tahun 1603, VOC diizinkan kerajaan Belanda mendirikan kantor perwakilan di Banten, Jawa Barat.
Namun, Pieter Both yang baru diangkat menjadi Gubernur Jenderal VOC pertama pada tahun 1610, lebih memilih Batavia sebagai markas dan pusat administrasi.
Setelah menjadikan Batavia sebagai markas, VOC lantas mendirikan pos-pos kolonial di wilayah Hindia Timur untuk mengeruk rempah-rempah di Indonesia bagian Timur.
Melalui pos-pos yang didirikan itu, mereka selalu melakukan kekerasan terhadap penduduk lokal dengan melakukan pemerasan dan pembunuhan massal.
Sementara di Deshima, sebuah pulau buatan di lepas pantai Nagasaki adalah pos perdagangan yang tenang.
Di pulau buatan itu, orang Eropa dapat berdagang dengan Jepang dan melakukan kesepakatan-kesepakatan saling menguntungkan lainnya.
VOC juga mendirikan pos di Tanjung Harapan, Afrika Selatan, untuk memudahkan kapal-kapal VOC melakukan perjalanan ke Asia Timur. Pos itu didirikan oleh Jan van Riebeeck pada tahun 1652.
VOC juga mendirikan pos-pos di Cina, Taiwan, Thailand, Malaysia, Bangladesh, Iran, Sri Lanka dan sebagian India.
Pos di Afrika Selatan itu kemudian banyak ditinggali oleh orang-orang Eropa sehingga VOC menjadi koloni besar.
Meski telah menjadi koloni besar, pada pertengahan abad ke-18, kembali terjadi konflik dengan Inggris. VOC bahkan mengalami kesulitan keuangan karena kalah perang. Seluruh kantor VOC berhasil diduduki Inggris.
Salah satu petinggi VOC, Heeren Zeventien, dianggap paling bertanggung jawab atas kebangkrutan VOC.
Heeren dinyatakan telah membiarkan adanya praktek korupsi dari para pejabatnya yang memperkaya diri dengan menjalankan bisnis pribadi.
Disaat perang, Heeren Zeventien, juga tidak cepat menggerakkan serdadu-serdadu dan kapal perang saat melawan Inggris.
Sepanjang sejarah, VOC yang merupakan perusahaan pribadi terkaya memiliki lebih 150 perahu dagang dan 40 kapal perang dengan 50.000 pekerja.
VOC juga memiliki angkatan bersenjata pribadi sebanyak 10.000 tentara.
Hingga pada 17 Maret 1798, setelah tentara Napoleon Bonaparte dari Perancis menginvasi Belanda, VOC dibubarkan.
Akibat kehancuran VOC, Hindia Timur yang semula adalah milik perusahaan harus berpindah tangan kepada Kerajaan Belanda setelah Kongres Wina pada tahun 1815.
Keterlibatan dalam perang di Jawa, Sumatra dan Maluku, juga menjadi penyebab kehancuran VOC. Sehingga pada 31 Desember 1799, VOC resmi dibubarkan dengan meninggalkan hutang sebesar 136,7 juta gulden. (adam)