JAKARTA, fornews.co – Dua hari belakangan publik dihebohkan dengan perubahan jenis kelamin mantan atlet voli nasional, Aprilia Manganang. Karena selama 29 tahun berstatus perempuan, kini Aprilia Manganang ditetapkan sebagai laki-laki.
Hal ini setelah dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh dan operasi korektif oleh tim dokter RSPAD Gatot Subroto atas instruksi KASAD Jenderal Andika Perkasa dan persetujuan Aprilia Manganang. Operasi korektif dilakukan kepada anggota Komando Wanita Angkatan Darat (Kowad) itu karena Aprilia ternyata mengalami Hipospadia dan sebenarnya merupakan laki-laki.
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali yang mendengar kabar tersebut memberikan respons positif soal perubahan jenis kelamin pemain yang pernah membela tim nasional voli putri Indonesia ini. Menurut Menpora, Aprilia harus diberi semangat untuk menjalani kehidupan dengan status barunya.
“Tentu kalau lihat dari perjalanannya, ini berbeda dengan kejadian-kejadian doping yang dialami oleh atlet. Kalau ini perubahan gender Aprilia dari perempuan menjadi laki-laki akibat hipospadia, penyakit yang sangat jarang kita kenal,” ujar Menpora saat diwawancara stasiun TV nasional, Rabu malam (10/3/2021).
“Sehingga saya kira kita juga harus memaklumi kejadian ini dan saya juga yakin bahwa Aprilia sendiri juga tidak tahu. Karena itu, kita tidak boleh menyalahkan atau memvonis bahwa Aprilia (sengaja) menyembunyikan hal lain. Saya kira perjalanan dia sebagai atlet menjadi catatan sendiri buat kami. Dan tentu kita harus beri semangat buat Aprilia untuk menjalani kehidupan dengan status barunya,” imbuhnya.
Menurut Menpora, Aprilia lahir di Sangir Talaud (sekarang Sangihe), Sulawesi Utara, tempatnya agak jauh bahkan lebih dekat dengan negara tetangga sehingga Menpora Amali paham apa yang terjadi.
“Kita harus memahami, peralatan medis dan sebagainya di sana tidak selengkap kota besar lainnya. Sehingga bisa jadi penanganan persalinannya mungkin tidak teliti atau memang peralatan tidak memadai. Mungkin kalau itu terjadi di Jakarta atau kota besar kejadiannya lain lagi,” kata Menpora.
Menpora berharap dengan kejadian Aprilia ini, untuk cabor apapun kalau ada hal yang mencurigakan misalnya dari penampilan fisik, suara dan lain sebagainya maka perlu ada penelitian. Tetapi untuk kasus Aprilia berbeda, karena waktu masuk TNI AD sudah ada pemeriksaan yang selektif. Sehingga memang ini suatu yang tidak mudah.
“Jadi bagi stakeholder olahraga, ini menjadi pelajaran penting sehingga kalau ada hal yang muncul yang mencurigakan tentu harus ada penelitian tersendiri tanpa harus membuat atlet merasa secara psikis terganggu,” tukasnya. (ije)