JOGJA, fornews.co — Nasirun membuka pameran lukisan “Nature Relaxation” di Hotel Amaranta Prambanan di Desa Dawangsari, Sambirejo, Prambanan, Sleman, yang jauh dari pusat Kota Jogja.
Gagasan pameran lukisan bertajuk “Nature Relaxation” muncul setelah Nasirun dan Dwipo Hadi menikmati alam di ketinggian 350 mdpl berjarak sekira 17 km dari Kota Jogja.
Enam pelukis digaet berpameran untuk mendukung perkembangan seni dan budaya di Jogjakarta.
Pameran lukisan “Nature Relaxation” yang berlangsung tiga bulan ke depan dari tanggal 27 September hingga 27 November 2024 menampilkan karya Indira Bunyamin, Febritayustyani, N Rinaldy, Pratiwi Endang Lestari, Retno Aris dan Dwipo Hadi.
Apa alasan Hotel Amaranta Prambanan menggelar pameran lukisan yang jauh dari pusat Kota?
Kepada fornews.co, General Manager Hotel Amaranta Prambanan, Firdha Lail Agusta, mengungkapkan desa seni dan budaya di Dawangsari menjadi alasan digelarnya pameran lukisan “Nature Relaxation”.
Pihaknya turut mendukung Desa Dawangsari menjadi desa seni dan budaya sejak Amaranta Prambanan berdiri.
“Desa Dawangsari masih menjaga tradisi kesenian tradisional,” ucapnya.
Ternyata, masyarakat di Dawangsari masih menjaga wayang, jathilan dan kesenian tradisional lainnya.
Dawangsari memiliki ketertarikan tersendiri bagi pengunjung pameran dan tamu Hotel Amaranta Prambanan.
Hotel dengan area seluas 4 hektar itu dibangun sejak 18 Juni 2021 berada di bukit paling tinggi di wilayah setempat.
Hotel itu berkonsep ramah lingkungan dengan 51 kamar dilengkapi berbagai outlet yang menghargai alam.
Para pengunjung dapat melihat pemandangan indah bahkan peristiwa matahari tenggelam dari ketinggian sembari menikmati secangkir kopi.
“Hari ini ada persimpangan kapitalisme yang luar biasa,” ujar Nasirun.
Menurutnya, banyak orang di kesenian yang berambisi terhadap popularitas dan kesuksesan.
Nasirun mengutip Ki Ageng Suryomentaraman bahwa lahirnya sebuah karya karena dari batin dan indra yang melihat semesta.
Firdha mengatakan sebelumnya juga pernah digelar pameran serupa.
“Dulu pernah ada pemaren serupa, tetapi, pameran kali ini lebih masif, besar dan dengan undangan lebih banyak,” bebernya.
Pameran kedua ini digelar lebih serius mengundang pemerintah setempat melalui Dinas Kebudayaan Sleman.
Mewakili Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kabupaten Sleman, Ignatius Eko Ferianto, S.Sn, M.E. selaku Kepala Bidang Adat, Tradisi, Lembaga Budaya, dan Seni, sangat mendukung adanya pameran tersebut.
“Ini menjadi masukan besar ternyata masih ada kantong-kantong seni yang peduli dengan alam,” terangnya.
Eko berharap pameran seperti di Amaranta Prambanan dapat terus digelar di Kabupaten Sleman seperti halnya event seni rupa di Kota Jogja terlebih setelah Taman Budaya di Sleman dibangun.
Setidaknya ada 17 lukisan yang dipamerkan mengangkat tentang alam. Hal itu dikatakan Dwipo Hadi selaku kurator pameran.
“Alam ternyata memberikan hal yang positif bagi setiap insan yang hidup di bumi,” katanya.
Hal itu, kata Dwipo, akan memiliki simbiosis yang sangat penting karena akan selalu memberikan keberkahan.
Dwipo mengakui meski persiapan pameran sudah dilakukan dua bulan sebelumnya, namun, baru mendapatkan kepastian tiga pekan mendekati pameran.
Sebanyak 17 karya dari pelukis yang terlibat dipilih karena selaras dengan konsep Amaranta Prambanan.
“Ternyata seniman memiliki kedekatan dengan alam. Begitu pula dengan konsep Amaranta itu sendiri,” katanya.
Firdha memastikan pameran seni rupa yang digelar di Hotel Amaranta Prambanan akan menjadi agenda tahunan. (adam)