YOGYA, fornews.co – Rumah bergaya mataraman yang selaras dengan alam merupakan warisan para leluhur di tanah Jawa karena fleksibel terhadap gempa tanpa merusak lahan pertanian.
Namun, lahan pertanian yang berubah menjadi bangunan beton adalah bagian dari perusakan alam yang seharusnya tidak terjadi di Yogyakarta.
Konsultan pengembangan pariwisata yang berbasis di Yogyakarta menilai lahan pertanian di pedesaan seharusnya tetap dilestarikan.
Baca: Alih Fungsi Lahan Pertanian di DIY Sebabkan 15 Kecataman Miskin
“Membangun properti ada caranya dengan mengikuti aturan yang jelas dengan tidak merusak alam,” ungkap CEO Prabhu Tourism Development, Bimo, Rabu, 11 Januari 2023.
Bimo mengungkapkan Yogya memiliki kekayaan budaya yang luar biasa yang lima belas tahun lalu sangat mudah ditemui persawahan di pinggiran kota.
Namun, ia sangat kaget melihat Yogya yang kini hampir sama dengan kota-kota besar lain di Indonesia yang berdiri bangunan-bangunan modern berdinding beton.
Padahal, kata Bimo, Yogya adalah pewaris Mataram yang seharusnya mempertahankan bangunan lokal seperti halnya joglo atau limasan Jawa sebagai tempat tinggal.
Desa-desa tidak seharusnya menjadi kota. Rumah-rumah yang mencirikan identitas Yogya akan lebih baik dipertahankan ketimbang mengganti dengan bangunan modern yang jauh dari nilai-nilai kearifan lokal.
Menyinggung peralihan lahan pertanian, sebagai Tourism Hospitality pihaknya berharap adanya penyesuaian terhadap lahan dengan lanskap yang mencirikan khas Yogya.
“Tentu saja dengan tidak mengganggu lahan persawahan. Kami meyakini konsep ini akan diterima oleh masyarakat.”
Bimo menjelaskan, membangun perumahan atau rumah untuk tempat tinggal tidak seharusnya menebang pohon atau merusak lahan pertanian.
Peran masyarakat terhadap Yogyakarta sebagai tujuan destinasi wisata harus disadari betul sehingga desa dan sawah bagian dari kearifan lokal dapat tetap lestari.
Disinggung soal kebanyakan development yang tidak peduli terhadap arsitektur dan lanskap kearifan lokal, sebagai Tourism Hospitality, Bimo menempatkan diri untuk turut menjaga kearifan lokal.
“Justru kami ingin mempertahankan sawah-sawah dan mempersilakan para petani untuk terus menggarap sawah-sawahnya,” tegas Bimo.
Menurut dia, properti bisa dibangun dengan tetap menjaga koofisien dasar bangunan (KDB).
CEO Prana Bhumi Lestari (Prabhu) itu menyarankan kepada development untuk tidak sepenuhnya membangun perumahan dan menyisakan lahan untuk lanskap. Tentu saja membangun rumah limasan Jawa.
“Misalnya di lahan itu ada lahan pertanian, jangan lantas mengganggu lahan pertanian. Biarkan para petani beraktivitas menggarap lahan pertaniannya.”
Bahkan pihaknya mengajak pemerintah setempat untuk kembali membranding identitas Yogya dengan bangunan-bangunan bercirikan khas Yogya.
Pemerintah setempat bisa menata keseragaman bangunan yang mencirikan kekhasan Yogya dimulai dengan membangun gapura, dinding pagar perkuburan atau pos kamling.
Kepada fornews.co, Bimo, menyampaikan pihaknya tengah mempersiapkan program sosialisasi pembangunan gapura dan pagar khas mataraman sebagai identitas Yogya.
Pagar-pagar dan gapura-gapura di setiap desa dan kampung, atau dukuh, khas mataramannya harus dikembangkan kembali.
“Gapura-gapura di setiap desa, di setiap kampung-kampung, atau dukuh, itu gapura khas mataramannya harus kembali dimunculkan,” katanya.
Bahkan kuburan, lanjut Bimo. Kuburan-kuburan akan mewakili identitas Yogya jika pagar-pagarnya dibuat dengan gaya mataraman.
Walaupun mayoritas Islam, kata dia, tidak ada salahnya pagar perkuburan dikembalikan kepada gaya mataraman.
“Sehingga perkuburan umum di Yogya itu ada ciri khas mataraman. Itulah Yogya sebenarnya,” ujarnya.
Meski sejumlah jembatan di Yogya sudah mencirikan khas Yogya, kata dia, namun perlu diperbanyak lagi termasuk jembatan-jembatan kecil di pedesaan.
“Kepada pemangku pemerintahan untuk (mungkin) bersama-sama dengan kami menyosialisasikan ke desa-desa dan rumah-rumah membangun pagar-pagar khas mataraman.”
Terkait proyek pembangunan perumahan, pihaknya memberikan masukan untuk tidak merambah hingga pinggiran kota atau pedesaan.
Bahkan tidak merekomendasikan Yogya selain sebagai industri pariwisata agar keaslian Yogya dapat lestari terjaga.
Bimo berharap masyarakat Yogya dapat menjaga kekhasan rumah Yogya yang identik dengan gaya mataraman yang selaras dengan alam.
Masyarakat yogya mempunyai kearifan untuk bersama-sama menjaga kekhasan Yogya melalui bangunan rumah tinggal. (adam)