YOGYAKARTA, fornews.co–Seorang pedagang batik di Malioboro tetap buka meski di tengah pandemi virus corona.
Nurlela (41), warga Dukuh, Mantrijeron, Yogyakarta, harus berjualan untuk menutupi kebutuhannya sehari-hari.
Ia tidak nekad, tapi selama belum ada larangan berjualan dari pemerintah Yogyakarta, Nurlela tetap berjualan.
“Selama pemerintah tidak melarang berjualan, saya tetap berjualan,” kata Nurlela akrab dipanggil Lela, Sabtu (9/5/2020) malam.

Sejak di Yogyakarta diberlakukan pembatasan aktivitas dan larangan keramaian, penjualan batik Lela agak lesu.
“Beberapa minggu sebelum diberlakukan darurat virus corona masih ada pembeli,” katanya.
Sebelum social distancing di Yogyakarta, omzet per hari Lela sekira 1-1,5 juta rupiah.
Namun, jauh sebelum virus corona mewabah ke Indonesia, omzetnya berkisar 5-6 juta rupiah per hari.

Di tengah pandemi virus corona, kini pembeli adalah mahasiswa yang terjebak di Yogyakarta karena gagal mudik.
“Pada hari-hari biasa kebanyakan pembelinya mahasiswa,” ujar Lela.
Sedangkan pada akhir pekan, katanya, kebanyakan pembelinya adalah mahasiswa.
Produk batik jenis daster dijual Rp 35.000, sedangkan celana pendek dan panjang dibandrol sekira Rp 20.000 – Rp 25.000.

Ibu empat anak asli Sawahlunto, Sumatra Barat, itu tidak mengeluh di tengah pandemi virus corona.
Bagi Lela, apapun yang terjadi tetap harus bekerja agar dapur dapat terus mengepul.
Ia berharap, wabah virus corona dapat segera berlalu dan perekonomian di Yogyakarta dapat kembali normal. (adam)