YOGYAKARTA, fornews.co—Kampung Mrican, Giwangan, Umbulharjo, Yogyakarta, kini lebih dikenal sebagai tempat wisata air.
Saluran air irigasi yang sebelumnya kumuh, penuh sampah dan kotor, bahkan tidak terurus, telah berubah menjadi apik.
Irigasi air itu semula digunakan untuk mengairi sawah. Namun, karena penuh endapan lumpur dan sampah, irigasi menjadi tidak terurus.
Melihat kondisi saluran irigasi air yang memprihatinkan, para pemuda setempat berinisiatif membersihkan agar air mengalir lancar.
Warga Mrican, memanfaatkan irigasi air Kali Gajah Wong sebagai tempat budidaya ikan konsumsi, seperti ikan nila, lele, dan bawal.
Para pemuda yang tergabung dalam karang taruna bernama Mrican Youth bergotong-royong membersihkan irigasi sepanjang 100 meter. Bahkan gagasan mereka sempat diremehkan karena dianggap membuang waktu dan tenaga.
Kegigihan para pemuda karang taruna itu tidak sia-sia. Irigasi air yang berhulu di Kali Gajah Wong akhirnya terbebas dari sampah dan endapan lumpur. Airnya pun mengalir jernih. Setiap orang yang melihatnya tergoda untuk bermain air.
Warga lantas menamakan irigasi air itu dengan nama Bendung Lepen. Bendung berarti membendung air, dan lepen yang berarti sungai atau kali.
Kini, setelah tempat itu menjadi indah, banyak orang datang menikmati hasil kerja keras para pemuda karang taruna Mrican Youth.
Bendung Lepen tidak hanya menyedot wisatawan lokal. Wisatawan mancanegara pun tertarik berkunjung ingin melihat langsung Bendung Lepen yang sempat viral internasional.
Pengunjung akan merasa seperti di rumah sendiri meski cukup membayar uang parkir kendaraan dan sepeda.
“Senang bisa ke sini (Bendhung Lepen) bersama keluarga, Apalagi bisa melihat langsung ikan-ikan di parit,” kata Rini (43), Sabtu (2/1/2021).
Rini yang selama pandemi berada di rumah merasa senang meski sedikit waspada karena pemberitaan kasus lCovid-19 begitu santer.
Ia memaklumi jika warga Yogya banyak yang tidak ambil pusing dengan virus Corona.
Di lokasi wisata Bendung Lepen, para pengunjung dapat menikmati secangkir teh poci panas dan sajian jalanan pasar khas Yogyakarta.
Sambil menikmati suasana asri kampung Mrican, pengunjung dapat bersantai merendamkan kaki di pinggir irigasi air sambil memberi makan ribuan ikan yang berenang melawan arus.
Tak hanya itu, bagi anak-anak juga disediakan wahana memancing. Setiap ikan yang sudah terpancing dapat dibawa pulang setelah ditimbang sesuai harga yang ditentukan.
Ito, nama panggilan salah seorang pengunjung, merasa terinspirasi setelah melihat kawasan irigasi air di Mrican yang sekarang menjadi tempat wisata.
Menurut Ito, Indonesia perlu mencontoh kampung Mrican yang dapat mengubah tempat kumuh menjadi tempat justru dikunjungi oleh banyak orang.
“Jika bukan karena kegigihan dan tekad warga di sini (Mrican) ini tidak akan bisa terjadi,” katanya.
Yang pasti, sambung Ito, ini bisa menjadi contoh bagi siapa pun yang hendak menjaga lingkungan di daerahnya masing-masing.
Tak jauh dari irigasi air yang dipenuhi ribuan ikan, pengunjung dapat pula bersantai di atas perahu kecil berlayar di Kali Galah Wong.
Jarak tempuh dari Nol Kilometer Yogyakarta ke Bendung Lepen hanya memakan waktu kurang dari 30 menit.
Namun, sebaiknya datang pada pagi hari, saat matahari belum terlalu meninggi agar bisa menikmati udara sejuk di kawasan Bendung Lepen dan tidak terjebak macet saat dalam perjalanan.
Wisatawan yang hendak ke Bendung Lepen dapat menggunakan bus Trans Jogja hingga terminal Giwangan. Dari terminal Giwangan bisa berjalan kaki atau menggunakan moda transportasi yang tersedia di terminal. (adam)
instagram:
FORNEWS OFFICIAL
@fornewsofficial
facebook:
fornews.co
FORNEWS BIRO JOGJA
instagram:
@fornewsjogja
youtube:
Fornews Jogja