FORNEWS.CO
  • Metro Sumsel
    • Metropolis
  • Nasional
    • Internasional
  • Ekobis
  • Politik
  • Sport
    • All
    • Asian Games 2018
    • Babel Muba United
    • Ragam Sport
    • Sepak Bola
    • Sriwijaya FC
    Sekretaris Umum KONI OKI, Iskandar Fuad mengalungkan medali emas kepada salah satu atlet Gulat putri, di venue Gulat Porprov XV Sumsel 2025, Senin (20/10/2025). (fornews.co/ist)

    Tiga Emas dari Cabor Gulat, Jaga Peluang Kontingen OKI Masuk 5 Besar Porprov XV Sumsel 2025

    Ketua Umum FPTI Sumsel, Beni Hernedi memasang point pertanda dibukanya perlombaan Cabor Panjat Dinding Porprov XV Sumsel 2025, di venue Gelanggang Remaja, Sekayu, Senin (20/10/2025). (fornews.co/Foto: Sidratul Muntaha)

    Minus 4 Daerah, 132 Climber Bersaing Rebut 22 Medali Emas Cabor Panjat Dinding Porprov XV Sumsel 2025

    Atlet sepatu roda OKI, Izra Zulsilva (dua dari kanan), usai meraih medali emas, perak dan dua perunggu, di Porprov XV Sumsel 2025, Sekayu, Sabtu (18/10/2025). (fornews.co/ist)

    Luar Biasa, Hari Pertama Porprov XV Sumsel 2025 Atlet Sepatu Roda Kontingen OKI Langsung Curi Satu Emas

    Bupati Muba, Toha Tohet saat meninjau venue Porprov XV Sumsel 2025 di Kota Sekayu, Jumat (17/10/2025). (fornews.co/ist)

    Klaim Beri Fasilitas Terbaik, Ini Komitmen Pemkab Muba pada Porprov XV Sumsel 2025

    PSSI akhirnya memecat Patrick Kluivert dan semua asisten pelatihnya, buntut kegagalan membawa Indonesia ke Piala Dunia 2026. (fornews.co/ist)

    Resmi Dipecat PSSI dari Pelatih Timas, Begini Isi Ungkapan Hati Patrick Kluivert

    Gubernur Sumsel, Herman Deru tampak mencatat curahan hati suporter, saat menerima tiga komunitas suporter Sriwijaya FC di Griya Agung, Selasa (14/10/2025). (fornews.co/ist)

    Begini Respons Gubernur Sumsel Usai Dengar Kegelisahan Hati Suporter Sriwijaya FC

    • Sepak Bola
    • Sriwijaya FC
    • Ragam Sport
  • COVID-19
  • FornewsTv
  • Lain-lain
    • All
    • Advertorial
    • Berita Foto
    • Feature
    • Gaya Hidup
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Opini
    • Peristiwa
    Presiden ke-2 RI, HM Soeharto. (fornews.co/ist)

    [OPINI] Soeharto dan Politik Ingatan yang Dihapus

    SECARA simbolis seluruh barang-barang ilegal yang disita Bea Cukai Jogja dan Bea Cukai Magelang, dimusnahkan di halaman Kantor Direktorat Jenderal Bea Cukai DIY, Selasa, 11 November 2025. (foto fornews.co/adam)

    Bea Cukai Jogja dan Magelang Musnahkan Barang Ilegal Senilai Rp2,5 Miliar

    MENTERI Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana (foto fornews.co/kemenpar)

    Pariwisata Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi Nasional Pilar Utama di Triwulan III 2025

    GBPH Yudhaningrat. (foto fornews.co/adam)

    GBPH Yudhaningrat Melayat PB XIII di Pemakaman Imogiri

    SRI Sultan Hamengku Buwono melayat ke Karaton Surakarta Hadiningrat pada Selasa, 4 November 2025. (foto fornews.co/karaton Jogja)

    Sri Sultan HB X Melayat ke Karaton Surakarta

    250 lebih penyintas dialisis dari berbagai wilayah di Daerah Istimewa Jogjakarta dan sekitarnya mengikuti Gathering Ikatan Keluarga Dialisis RS PKU Muhammadiyah Jogja, Ahad 2 November 2025, di Resto Ambarketawang, Sleman, DIY. (foto fornews.co/adam)

    RS PKU Muhammadiyah Jogja Gelar Gathering Pasien Dialisis

    • Hukum
    • Peristiwa
    • Opini
    • Pariwisata
    • Gaya Hidup
      • Budaya
      • Teknologi
    • Advertorial
      • Profil
      • Galeri
    • Berita Foto
No Result
View All Result
FORNEWS.CO
Jumat, 14 November 2025
No Result
View All Result
FORNEWS.CO
No Result
View All Result
Home Lain-lain Opini

Civil Society Baru Bernama Ojol, Mengenang Affan Kurniawan

Jumat, 29 Agustus 2025 | 18:15
A A
ilustrasi. (fornews.co/Denny JA)

ilustrasi. (fornews.co/Denny JA)

Oleh Denny JA

Hari itu, 28 Agustus 2025, langit Jakarta menggantung rendah. Awan hitam seperti ikut berduka.

Di tengah kerumunan massa yang resah di depan gedung parlemen, dentuman suara sirene dan deru mesin kendaraan aparat memecah malam.

BacaJuga

Tertib dan Kondusif, Aksi Solidaritas Ribuan Pengemudi Ojol di Depan Mapolda Sumsel Sampaikan 4 Tuntutan

Sebut Penggunaan Rantis Brimob Salah Prosedur, Indonesia Police Watch Minta Polri Lakukan Hal Ini

Insiden Tewasnya Driver Ojol, Presiden Prabowo Sebut Pemerintah Jamin Kehidupan Keluarga Affan Kurniawan

Load More

Di sudut jalan, seorang pengemudi ojek online (ojol) bernama Affan Kurniawan (AK) kebetulan melintas. Ia tidak membawa poster, tidak berteriak slogan, tidak berbaris bersama demonstran.

Ia hanya lewat, barangkali setelah mengantarkan order makanan, atau sekadar dalam perjalanan pulang.

Namun takdir berkata lain. Di tengah kekacauan, mobil aparat melaju, dan tubuh AK tergilas.

Darah mengalir, helmnya terpental, dan seketika ia meregang nyawa. Di jalan raya yang tiap hari ia lalui untuk mencari nafkah, ia justru menutup usia.

Kabar itu menyebar cepat. Grup WhatsApp komunitas ojol mendadak ramai. Telegram channel mereka penuh seruan.

Notifikasi berdering tanpa henti: seorang rekan, seorang saudara, seorang sesama pengemudi, telah gugur bukan karena kecelakaan biasa, tetapi akibat benturan kekuasaan dengan rakyat.

Keesokan harinya, ribuan pengemudi ojol berbondong-bondong datang. Jaket hijau mereka menutupi jalanan Jakarta, menciptakan lautan manusia yang bergerak serempak.

Mereka bukan sekadar mengantar jenazah ke peristirahatan terakhir. Mereka mengirimkan pesan: solidaritas kami hidup, lebih besar dari sekadar aplikasi yang mempertemukan pelanggan dan pengemudi.

Fenomena ribuan ojol yang mengawal jenazah AK bukanlah sekadar pawai duka. Itu adalah pernyataan sosial, sebuah ‘manifesto diam’ bahwa komunitas ini punya ikatan batin yang melampaui urusan order harian.

Para ojol adalah wajah urban Jakarta: mereka yang mengisi celah kebutuhan mobilitas dan logistik.

Kita melihat mereka di setiap lampu merah, di setiap lobi kantor, di depan sekolah, di perumahan, di gang sempit sekalipun.

Mereka menyapa, mengantarkan, menunggu. Mereka menjadi nadi baru kota yang berdenyut 24 jam.

Namun ketika ribuan di antara mereka bersatu, kita menyadari: ojol bukan hanya unit individu yang tersebar. Mereka adalah komunitas horizontal dengan kapasitas kolektif besar.

Mereka punya seragam simbolik: jaket hijau yang mudah dikenali.

Mereka punya jaringan komunikasi instan: grup WhatsApp, Telegram, bahkan fitur broadcast aplikasi.

Mereka punya solidaritas organik: pengalaman senasib sebagai pekerja di jalanan, menghadapi panas, hujan, orderan fiktif, tilang, atau sekadar penolakan pelanggan.

Solidaritas ini berbeda dengan organisasi tradisional. Ia lahir bukan dari ideologi politik, bukan pula dari struktur formal.

Ia lahir dari pengalaman keseharian. Dan karena itu, ia jauh lebih kuat: mengakar di realitas hidup, bukan hanya di atas kertas.

 

Ojol sebagai Civil Society Baru

Dalam ilmu politik, civil society dipahami sebagai jaringan organisasi sosial yang hidup di luar negara dan pasar.

Ia adalah ruang di mana warga belajar mengorganisir diri, menyuarakan kepentingan, dan melawan ketidakadilan.

Selama ini, kita mengenal civil society dalam bentuk LSM, serikat buruh, organisasi mahasiswa, atau kelompok keagamaan.

Tetapi kini, di abad digital, bentuk baru itu muncul: komunitas ojol.

Mengapa ojol layak disebut civil society baru?

Skala Massa: jutaan orang di Indonesia menggantungkan hidup dari profesi ini.

Keterhubungan Digital: tak ada komunitas lain yang sedemikian terhubung dalam hitungan detik melalui aplikasi.

Disiplin Kolektif: terbiasa berbaris, terbiasa konvoi, terbiasa patuh pada koordinasi lapangan.

Modal Sosial: mereka punya reputasi di tengah masyarakat.

Banyak yang dekat dengan pelanggan, guru, ibu rumah tangga, pekerja kantoran, menjadikan mereka jembatan sosial lintas kelas.

Momen konvoi AK menunjukkan: ketika ada ketidakadilan, komunitas ini bisa bergerak dengan cepat, masif, dan terorganisir, bahkan tanpa struktur formal.

Secara formal, ojol adalah bagian dari gig economy, pekerja lepas yang diikat kontrak fleksibel dengan perusahaan aplikasi.

Mereka bukan karyawan tetap, tidak punya jaminan sosial memadai, seringkali terjebak dalam algoritma yang tak memberi ruang tawar.

Namun, justru karena itu, komunitas ojol lebih mudah menyadari bahwa mereka membutuhkan solidaritas.

Mereka merasakan rapuhnya posisi tawar di hadapan perusahaan dan negara. Mereka tahu, satu-satunya kekuatan mereka adalah kebersamaan.

Kematian AK menjadi momen kristal: dari sekadar pekerja gig economy, mereka bertransformasi menjadi kekuatan sosial-politik.

Tidak disatukan oleh serikat resmi, tetapi oleh rasa senasib. Tidak dimotivasi oleh ideologi, tetapi oleh duka yang nyata.

Di sepanjang jalan, ribuan motor berbunyi serentak. Klakson bukan lagi tanda terburu-buru, tetapi tanda duka kolektif.

Bagi warga yang menyaksikan, konvoi itu adalah pemandangan haru: betapa kuatnya solidaritas kelas pekerja jalanan.

Namun, duka yang mendalam juga menyimpan potensi menjadi api. Api yang bisa membakar semangat perubahan, atau api yang bisa melahirkan amarah destruktif.

Di sinilah pentingnya pengelolaan solidaritas. Tanpa kanal formal, energi besar komunitas ojol bisa liar. Tetapi jika diarahkan dengan bijak, ia bisa menjadi kekuatan baru civil society yang memperkaya demokrasi Indonesia.

Di balik hiruk pikuk mesin motor dan layar smartphone, komunitas ojol menghidupkan kembali nilai kuno bangsa: gotong royong.

Gotong royong bukan lagi hanya membersihkan selokan kampung atau mendirikan rumah tetangga. Ia kini hadir di jalanan protokol Jakarta, dalam bentuk lautan jaket hijau yang mengawal satu jenazah.

Di era ketika masyarakat semakin individualis, ketika relasi sosial makin tergantikan oleh algoritma, komunitas ojol menunjukkan bahwa solidaritas masih mungkin hidup.

Bahkan, solidaritas bisa tumbuh justru di tengah sistem digital yang awalnya hanya dirancang untuk transaksi ekonomi.

Filosofinya jelas: teknologi boleh mengubah cara kita bekerja, tetapi tidak bisa memadamkan kebutuhan manusia untuk saling menjaga.

Dari jalanan macet yang bising, lahir wajah civil society baru, lebih cair, lebih digital, tetapi tetap berakar pada nilai paling tua: kebersamaan.

Jenazah AK kini sudah dimakamkan. Tanah merah menutup tubuhnya. Namun kisahnya tidak berhenti di liang lahat.

Di jalan raya, ribuan ojol yang mengiringinya telah menorehkan bab baru dalam sejarah civil society Indonesia.

Mereka menunjukkan bahwa komunitas pekerja digital bisa melahirkan solidaritas analog yang luar biasa.

Mereka membuktikan bahwa dari aplikasi yang awalnya hanya menghubungkan pengemudi dan pelanggan, bisa lahir komunitas yang menghubungkan manusia dengan manusia, dalam suka, duka, dan perjuangan.

Civil society baru bernama ojol telah lahir.

Dan mungkin, di masa depan, mereka salah satu pilar penting yang akan menjaga agar demokrasi Indonesia tetap bernyawa.*

 

Referensi

Manuel Castells, Networks of Outrage and Hope: Social Movements in the Internet Age, Polity Press, 2015.

Juliet Schor, After the Gig: How the Sharing Economy Got Hijacked and How to Win It Back, University of California Press, 2020.

 

Bagikan Ke

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)
  • Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru)
  • Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru)
Tags: Affan KurniawanCivil SocietyDenny JApengemudi ojek online
ADVERTISEMENT
Previous Post

Sebut Penggunaan Rantis Brimob Salah Prosedur, Indonesia Police Watch Minta Polri Lakukan Hal Ini

Next Post

Tertib dan Kondusif, Aksi Solidaritas Ribuan Pengemudi Ojol di Depan Mapolda Sumsel Sampaikan 4 Tuntutan

Oknum PNS Pemkab Way Kanan, Lampung, BA, tersangka jaksa gadungan ditahan Kejati Sumsel di Rutan Klas 1A Palembang, Rabu (12/11/2025). (fornews.co/ist)
Metropolis

Oknum PNS Pemkab Way Kanan yang Jadi Jaksa Gadungan Dikirim Kejati Sumsel ke Rutan Palembang

Rabu, 12 November 2025

PALEMBANG, fornews.co – Oknum PNS Pemkab Way Kanan, Lampung, inisial BA, yang menjadi tersangka jaksa gadungan resmi ditahan Kejaksaan Tinggi...

Read more
Direktur Retail dan Niaga PT PLN (Persero), Adi Priyanto. (fornews.co/ist)

Terkait Penyempurnaan Draft RUU Perlindungan Konsumen, PLN Beru Dua Catatan Penting

Rabu, 12 November 2025
Presiden ke-2 RI, HM Soeharto. (fornews.co/ist)

[OPINI] Soeharto dan Politik Ingatan yang Dihapus

Rabu, 12 November 2025
SECARA simbolis seluruh barang-barang ilegal yang disita Bea Cukai Jogja dan Bea Cukai Magelang, dimusnahkan di halaman Kantor Direktorat Jenderal Bea Cukai DIY, Selasa, 11 November 2025. (foto fornews.co/adam)

Bea Cukai Jogja dan Magelang Musnahkan Barang Ilegal Senilai Rp2,5 Miliar

Selasa, 11 November 2025
Momen ratusan guru swasta di Kabupaten Muba yang tergabung dalam MG Pro, saat menggelar aksi damai di halaman Kantor Bupati Muba, Senin (10/11/2025). (fornews.co/ist)

Respons Bupati Toha, Terkait Aksi Guru Swasta di Kabupaten Muba Tuntut Buka Peluang Seleksi PPPK

Senin, 10 November 2025
No Result
View All Result
  • Metro Sumsel
    • Metropolis
  • Nasional
    • Internasional
  • Ekobis
  • Politik
  • Sport
    • Sepak Bola
    • Sriwijaya FC
    • Ragam Sport
  • COVID-19
  • FornewsTv
  • Lain-lain
    • Hukum
    • Peristiwa
    • Opini
    • Pariwisata
    • Gaya Hidup
      • Budaya
      • Teknologi
    • Advertorial
      • Profil
      • Galeri
    • Berita Foto
  • Login

© 2019 FORNEWS.co | PT.SENTRAL INFORMASI BERDAYA.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In