PRABUMULIH, fornews.co – Sebanyak 80 pembina, pelatih dan guru olahraga mengikuti pelatihan dasar atletik yang digelar Dinas Pemuda dan Olahraga Sumatra Selatan. Kegiatan yang dibiayai dana dekonsentrasi APBN Kementerian Pemuda dan Olahraga ini dilaksanakan di Gedung Diklat Dinas Tenaga Kerja Prabumulih, 19-20 November 2019.
Pelatihan dibuka langsung Kepala Dispora Sumsel Akhmad Yusuf Wibowo dan dihadiri Asisten Deputi Tenaga Olahraga Kemenpora Firtian Judiswadarta, Wakil Ketua II Bidang Pembinaan Prestasi KONI Sumsel Syamsuramel, dan Kepala Dispora Prabumulih Joko.
Dalam sambutannya, Firtian Judiswadarta mengatakan, beberapa waktu lalu, ia membuka acara yang sama buat pelatih dan atlet difabel.
“Mereka punya semangat yang tinggi, jadi kita tidak boleh kalah,” ujarnya.
Menurutnya, untuk menjadi pelatih tak cukup menguasai materi atau teknik saja tapi harus mempunyai insting. Pelatih juga harus peka dengan talenta atlet yang masih belum “punya nama” sekalipun. Sebab atlet berkualitas didapat dari pelatih yang juga punya kemampuan.
“Apalagi, cabor atletik menjadi salah satu cabor dengan perebutan medali paling banyak dalam event olahraga setingkat apapun, selain menembak. Bahkan, untuk menjadi juara umum dalam multievent olahraga, atletik selalu menjadi kunci dalam mencapai hal itu,” katanya.
Firtian juga mengingatkan pelatih, untuk mengetahui atlet-atlet nasional dan bahkan mereka yang sudah tidak aktif lagi tapi berjasa bagi negara. Sebab pelatih yang punya wawasan, biasanya akan memudahkan mereka dalam meningkatkan kemampuan atlet ataupun membentuk karakter mereka.
“Pelatih juga harus dekat dengan atlet, komunikasi harus jalan,” tuturnya.
Firtian menambahkan, Kemenpora lewat keberadaan pelatih, sebenarnya telah menumbuhkan lapangan pekerjaan. Pelatih juga menjadi lapangan pekerjaan baru di bidang olahraga, bagi mereka yang punya bakat dalam hal ini.
Sementara itu, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Sumatra Selatan Akhmad Yusuf Wibowo menyampaikan, pemerintah sebenarnya telah mengatur soal pelatih, terkhusus untuk kesejahteraan mereka.
“Jika atlet hasil binaannya meraih medali emas dan dapat bonus, pelatih sudah pasti juga dapat. Begitupun, jika ada atlet berhasil menyabet medali emas untuk event besar, jika pelatih itu masih di bawah 35 tahun maka bisa diangkat menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN),” terangnya.
Mengenai insting yang harus dimiliki seorang pelatih, Yusuf mencontohkan jika pertama kali yang menemukan bakat Rio Maholtra adalah Mitrisno. Saat itu, Rio Maholtra masih duduk di bangku kelas VI Sekolah Dasar. Kini, Rio Maholtra jadi atlet andalan Indonesia dan Sumsel. Di Pekan Olahraga Wilayah (Porwil) Sumatra X di Bengkulu baru-baru ini, Rio menyumbang medali emas. Bahkan talenta asal Lahat ini bergabung dengan Pelatnas yang bersiap turun di SEA Games Philipina 2019.
“Telah jadi tugas dan tanggung jawab pelatih mencari atlet berbakat untuk diasah lebih lanjut. Bahkan jika perlu sampai ke pelosok desa,” ucapnya. (ije)