YOGYAKARTA, fornews.co—Sekretaris Daerah Kabupaten Sleman, Harda Kiswaya, memastikan bagi yang terlibat melakukan pemaksaan terhadap wisatawan yang hendak ke petilasan Mbah Marijan sudah diproses.
Dilansir dari suara.com, kejadian yang viral di media sosial itu bukan yang pertama kali terjadi.
“Ini yang kedua kali. Kejadian pertama sudah berjanji tidak mengulangi. Nah sekarang terulang kembali. Dulu berjanji tidak akan mengulang sekarang ditindaklanjuti komitmennya itu,” tegasnya, Rabu (2/6/2021).
Menyikapi hal itu, Pemerintah Kabupaten Sleman menyatakan telah menindaklanjuti siapa-siapa saja yang terlibat dalam pemaksaan itu.
Baca: Dipaksa Parkir dan Harus Naik Jip, Wisatawan tak Jadi ke Petilasan Mbah Maridjan
Disinggung awak media soal tindakan tegas apa yang dilakukan oleh Pemkab Sleman, Harda, tidak menjelaskan secara detail.
“Itu ada kekhilafan, manusiawi. Mudah-mudahan tidak ada lagi. Tidak usah diperpanjang, ini sensitif,” katanya.
Menurut Harda, apa yang dilakukan oleh pihak yang memaksa wisatawan itu karena terdesak memenuhi kebutuhan ekonomi di tengah pendemi Covid-19.
Pihaknya berharap, kedepan kejadian serupa tidak terulang lagi.
“Mudah-mudahan sudah tidak ada kejadian lagi karena sudah diselesaikan kemarin.”
Diketahui, curhatan viral itu diunggah di media sosial oleh Iqbal Basyari, usia 30, warga Klaten, Jawa Tengah.
Iqbal diberhentikan saat masuk Padukuhan Ngrangkah, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman.
Iqbal mengaku dilarang ke petilasan Mbah Marijan menggunakan mobil kendaraan pribadi dan harus menyewa jip.
Saat dikonfirmasi awak media, Iqbal menjelaskan kronologi kejadian itu terjadi pada Ahad (30/5/2021) pukul 11.00-an WIB, saat dirinya bersama keluarga hendak menuju ke petilasan Mbah Maridjan.
Sayangnya, sebelum sampai di tempat yang dimaksud mereka diberhentikan oleh orang yang mengaku sebagai petugas.
“Kemudian petugas di sana memberhentikan saya dan meminta untuk parkir, katanya ini lokasi parkir terakhir,” kata Iqbal.
“Saya ngomong kalau saya mau ke tempat Mbah Marijan yang lokasinya sekitar 1,5 kilometer lagi dari titik itu.”
Iqbal juga mengaku dipaksa parkir dan turun, kemudian diwajibkan menyewa jip jika ingin melanjutkan perjalanan dengan alasan jalan yang dilalui jelek/rusak.
“Mereka bilang kalau mau naik harus pakai jip, nggak boleh pakai kendaraan pribadi alasannya jalan jelek, banyak jip,” katanya.
Namun, sepengetahuan Iqbal jalan yang akan dilewati itu masih cukup baik untuk dilewati. Sebab jalur itu merupakan salah satu jalur evakuasi bagi warga yang berada di lereng Gunung Merapi. (adam)