PALEMBANG, fornews.co – Di tengah harga karet di tingkat petani yang tidak menentu, namun ternyata karet masih memuncaki komoditas ekspor di Sumatera Selatan (Sumsel), setelah bubur kayu, batubara serta hasil minyak dan gas (Migas).
Kepala Bada Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumsel, Endang Tri Wahyuningsih menyebutkan, catatan di tahun 2019 ini, nilai ekspor karet dari daerah ini berada di puncak ekspor yakni mencapai 112,87 juta US dollar. Kemudian bubur kayu senilai 82,50 juta US dollar, batubara 53,74 juta US dollar, Migas mencapai 20,50 juta US dollar dan pupuk urea senilai 11,78 juta US dollar.
Adapun negara tujuan ekspor paling banyak ke negara Tiongkok, yakni senilai 102,22 juta US dollar, Amerika Serikat sebesar 29,20 juta US dollar dan Malaysia, yakni sebesar 23,32 juta US dollar.
“Meski demikian, nilai ekspor secara keseluruh untuk periode Januari hingga Juni 2019 ini, mengalami penurunan mencapai 7,01% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu,” ujarnya, Rabu (17/07).
Sedangkan untuk nilai impor sambung Endang, saat ini juga mengalami penurunan. Di mana periode yang sama (Januari hingga Juni 2019) yakni sebesar 49,10% atau atau sekitar 253,90 juta US dollar.
“Dengan kondisi ini, maka neraca perdangan Sumsel, masih dalam kondisi surplus,” katanyanya. Negara yang menjadi tujuan impor di Sumsel, meliputi Tiongkok, Kanada, dan Malaysia.
Ekspor Ampas
Dalam kesempatan ini, Endang mengungkapkan, kalau Sumsel, juga melakukan ekspor ampas sisa industri makanan ke Vietnam dan Thailand. Menurutnya, empas atau sisa industri makanan itu masuk ke dalam 10 komoditas utama diimpor di semester pertama 2019 ini.
“Untuk jenis atau fisik ampasnya kami tidak tahu, hanya sisa industri makanan saja,” katanya.
Ia mengaku ekspor ampas ini sudah lama dilakukan hanya saja memang nilainya stagnan. Artinya, dalam kondisi yang sama. Berdasarkan data yang dihimpun website BPS Sumsel tercatat nilai ekspor untuk ampas yakni 18 juta US dollar pada tahun 2017 lalu.
“Untuk tahun ini saya tidak terlalu mengingatnya. Tapi, yang jelas nilainya stagnan,” terangnya. (alu)