YOGYA, fornews.co — Kehadiran orang tua sangat dibutuhkan dalam tumbuh kembang anak. Perkembangan berpikir dan berperilaku anak adalah cerminan orang tua.
Yayasan Rumah Impian Indonesia menyebut masih banyak orang tua kesulitan berkomunikasi dengan anak karena kehilangan kepedulian.
“Kenapa kita harus belajar tentang anak?” tanya Ketua YRII, Yoshua Lapudooh, dalam diskusi ‘Selected Parents Meeting’ dua pekan lalu di Kopi Teras Blok-O, Yogya.
Diskusi ‘Selected Parents Meeting’ yang dihadiri para orang tua dari berbagai latar belakang di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) itu menawarkan solusi menggali potensi anak dan terhindar dari perilaku buruk.
Baca: Bulan Kreatif Kabupaten Sleman Gelar Sleman Creative Week #2
Kepedulian orang tua tidak hanya terhadap lingkungan, namun, juga harus bertanggung jawab terhadap kualitas anak.
Yoshua menjelaskan bahwa peran kedua orang tua sangat penting dalam pengasuhan untuk tumbuh kembang anak dengan tidak memberatkan pada Ibu, tetapi harus berbagi tugas kepada ayah.
“Agar dapat memahami dan mengetahui latar belakang anak, kuncinya adalah membangun kedekatan untuk anak,” terangnya.
Menurut Yoshua, pada dasarnya sosok ayah menjadi figur penting dalam tumbuh kembang anak. Sebab, pengasuhan terbaik adalah kesepakatan dalam keluarga untuk kepentingan anak.
Baca: Raja Yogya akan Kembalikan Tanah Rampasan Masa Jepang kepada Masyarakat Parangtritis
Anak memiliki hak asuh dan pendidikan dalam keluarga. Kenyataannya hak anak terampas karena dipaksa mengikuti keinginan orang tuanya.
Salah satu hal yang sering dialami anak-anak adalah dipaksa untuk bisa menguasai semua pelajaran dan justru membuat anak menjadi trauma. Sementara anak memiliki potensi terpendam yang harus digali dan didorong.
Bahkan anak seringkali menjadi sasaran penghakiman orang tuanya disaat anak sedang tidak ingin belajar. Malah sebaliknya orang tua tidak memberikan dukungan dan mencari tahu permasalahan yang dihadapi si anak.
Padahal, kata Yoshua, selain melindungi tugas para orang tua juga harus memberikan motivasi kepada anak untuk tumbuh kembangnya.
Anak juga seringkali mendapat perlakuan tidak adil dari orang tuanya. Masih banyak orang tua yang tidak memberikan kesempatan anaknya untuk berpendapat. Cenderung abai dan meremehkan.
“Memang tujuan orang tua itu baik, tapi terkadang kita sebagai orang tua tidak mengomunikasikan dan mendengarkan pendapat anak, orang tua harus membangun kedekatan dengan anak,” katanya.
Permasalahan yang dihadapi oleh anak sangat membutuhkan kehadiran orang tua sebagai pelindung. Terlebih bagi anak perempuan.
Baca: Yogya Menjadi Tuan Rumah Jambore Stroke Indonesia yang Pertama
Yoshua berharap para orang tua dapat melibatkan partisipasi anak dalam hal-hal yang mempengaruhi hidup.
Beberapa hak anak yang harus dipenuhi oleh orang tua yaitu perlindungan, partisipasi dan hidup layak untuk anak.
Hak Perlindungan
1. Jika anak melakukan kesalahan bisa diberi hukuman dengan batasan sesuai umur anak dengan tidak menghukum di area vital.
2. Orang tua harus memiliki kesadaran diri untuk mengontrol emosi karena anak sangat mudah mengingat sehingga tidak berdampak pada mental anak. Jangan sampai anak hanya teringat keburukan orang tua.
Hak Hidup Layak
1. Bersama-sama menegur orang tua yang memperkerjakan anak karena kewajiban menafkahi adalah orang tua bukan anak.
2. Melaporkan ke perangkat desa maupun pihak berwajib atau instansi terkait.
Hak Partisipasi
1. Lebih memperhatikan anak.
2. Tidak memaksakan kehendak.
3. Lebih peka terhadap perasaan anak bila dijumpai di sekitar kita.
4. Melakukan pendekatan, ditanya dan diajak.
5. Dalam pengembalian keputusan saling berdiskusi.
Hak partisipasi anak perlu dipahami oleh orang tua. Kriteria anak setiap zaman untuk saat ini berarti generasi alfa (X, Y, Z). Anak berada pada zaman dengan lonjakan teknologi.
Salah satu Recalling YRII, Yunita, mengungkapkan kelebihan anak-anak zaman ini sangat terbuka meski memiliki kelemahan.
“Kelemahan dari generasi ini memiliki fokus yang tidak panjang, sehingga perlu kita sesuaikan,” katanya.
Baca: Belasan KTP dan Satu Kartu BPJS di Bantul Ditemukan dalam Karung Gula
Melihat dari berbagai sisi, sambung Yunita, orang tua perlu belajar dari anak-anaknya. Anak-anak harus banyak diberikan fasilitas karena pada dasarnya mereka memiliki kecerdasan.
Di zaman seperti sekarang, saat berdialog kepada anak juga membutuhkan teknis komunikasi. Misalnya, ketika orang tua menasehati anak secara empat mata.
Saat berbicara kepada anak mata harus sejajar sehingga memiliki dampak psikologis. Apa yang disampaikan orang tua akan didengar yang kemudian dicerna oleh si anak.
Baca: Geger Geden, Belasan KTP Bantul Tercecer di Rongsokan
Selain itu, kata Yunita, anak juga mempunyai hak perlindungan dari orang tuanya. Tidak hanya perlindungan fisik, namun, juga pola pikir.
Orang tua perlu mewariskan iman dan takwa serta cara berpikir yang benar sejak dini. Tidak hanya disuruh tetapi juga diajak.
“Anak-anak akan melihat teladan orang tuanya, sehingga jangan hanya disuruh tetapi diajak,” ujar Yunita.
Baca: Ratusan Lansia Calon Haji asal Yogya Tertunda ke Arab Saudi
Diakui atau tidak, anak akan mengikuti apa-apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Maka, sebagai orang tua perlu memilah-milih informasi untuk diri sendiri karena dikemudian hari akan berpotensi menjadi sumber informasi bagi si anak.
Hal itu, lanjut Yunita, supaya anak tidak mudah terhasut agar terjaga sehingga hidupnya menjadi lebih sejahtera tanpa dipengaruhi informasi yang salah.
“Orang tua akan berusaha kritis dan aware dalam segala hal demi kesehatan anak-anak dan selalu memperhatikan hak tumbuh kembang,” pungkasnya (adam)