YOGYA, fornews.co — Pasca Covid-19 perekonomian di Indonesia tidak stabil akibatnya perputaran uang di pasar-pasar tradisional berhenti. Transaksi jual-beli serentak dilakukan secara online.
Munculnya Pasar 17-an di Mocopat Syafaat yang rutin digelar setiap bulan di TKIT Alhamdulillah Tamantirto, Kasihan, Yogyakarta, menjadi solusi.
Di Pasar 17-an masyarakat dapat memanfaatkan lapak jualan untuk memperbaiki perekonomian.
Baca: Musikalisasi Puisi, Kolaborasi Kiai Kanjeng dan LKMS Memukau Masyarakat di Yogya
Pasar 17-an yang digerakkan oleh Lingkar Keluarga Mocopat Syafaat (LKMS) itu telah berkontribusi terhadap pengentasan kemiskinan secara mandiri.
“Jamaah Mocopat Syafaat yang beragam latar belakang dan kompetensi tentu merupakan sebuah potensi yang besar. Salah satu potensi yang belum dioptimalkan adalah bidang ekonomi,” ujar Angga pegiat Mocopat Syafaat kepada fornews.co, Selasa (19/9/2023).
Diakui Angga, meski berbagai kegiatan ekonomi sudah terjadi di antara jamaah maiyah, namun, perlu dilakukan penataan agar lebih terorganisir sehingga kemanfaatannya dapat dirasakan.
“Mengapa pasar yang dipilih sebagai bentuk sarananya?” penggalnya.
Karena, sambungnya, pasar adalah ekosistem dinamis tempat berputarnya roda kehidupan masyarakat. Berbeda dengan pasar dahulu kala yang tidak hanya sebagai tempat jual-beli barang dan jasa.
Sehingga, lanjut Angga, ada pertukaran materi, penyebaran informasi, berlangsungnya silaturahmi secara simultan.
Baca: LKMS Ajak Masyarakat Olah Empon-empon menjadi Wedang Rempah untuk Kesehatan
Sependapat dengan Angga, pegiat Mocopat Syafaat yang akrab disapa Lek Trip menyebut pasar adalah tempat bertemunya berbagai kebutuhan manusia dalam satu wilayah tertentu.
“Bahkan di dalam pasar tersebut terdapat ruang sosialisasi kebijakan para pamong masyarakat yang tidak kita temukan di pasar-pasar yang ada sekarang,” ungkapnya, Rabu (20/9/2023)
Lek Trip menjelaskan Pasar 17′-an awalnya bernama Pasar Rebon 17-an yang diadopsi dari gagasan Jagongan Rebon dan Karanganyar Taman Kabudayan (KTK).
LKMS sebagai media pertemuan lintas intelektual dan berbagai latar belakang itu diajak berembuk. Dari hasil pertemuan itu disepakati mengembalikan makna dan fungsi pasar sebagaimana pasar jaman dulu yang pernah ada.
“Singkat cerita, gelaran Pasar Rebon 17-an diluncurkan pada Mei 2023 sebagai kado Milad Simbah Muhammad Ainun Nadjib,” ungkap Lek Trip.
Kemudian pada September 2023, sambungnya, nama Pasar Rebon 17-an berganti menjadi Pasar 17-an. Ini agar lebih mudah diingat juga mengandung maksud dari akronim “satu tujuan”.
Dikatakan Lek Trip, Pasar 17-an itu terbuka bagi siapapun. Masyarakat dapat membuka lapak menawarkan produk atau jenis barang yang hendak dijual.
Pasar 17-an tidak hanya menggelar lapak giat dagang, lanjut Lek Trip, namun juga ada pojok seni, workshop space dan mimbar ilmu.
Diketahui, Pasar 17-an itu sekaligus respon aduan masyarakat yang mengeluh sulitnya mendapatkan penghasilan untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga dan makmur.
“Bukan sebatas kemakmuran materi melainkan kemakmuran yang kelak dicapai yang kemudian menjadi bekal untuk bersama-sama sodaqah ke masyarakat luas,” terang Angga.
Lingkar Keluarga Mocopat Syafaat (LKMS) berharap dengan adanya Pasar 17-an dapat mendorong masyarakat untuk mengatasi persoalan ekonomi. (adam)
Copyright © 2023 fornews.co. All rights reserved