PALEMBANG, fornews.co – Munculnya film dokumenter Dirty Vote yang mengungkap dugaan kecurangan Pemilu 2024 yang diputar serentak di tanggal 11 Februari 2024 mendapat respons beragam.
Respons tersebut datang dari mantan Wakil Presiden, Jusuf Kalla, Wakil Presiden RI, Ma’ruf Amin, hingga kubu pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 01 dan 03.
Terhadap beragam respons itu, Ketua Umum Persaudaraan 98, Wahab Talaohu menilai film dokumenter Dirty Vote sangat penuh dengan nuansa politis, provokatif, dan mencederai akal sehat rakyat.
“Kepakaran sebagai ahli hukum gugur, karena perbuatannya sendiri. Seorang ahli menggunakan variabel, indikator data dan fakta dalam menentukan sebuah justifikasi. Jangan merasa benar dan pintar sendiri dan menghina akal sehat rakyat,” ujar dia, Senin (12/2/2024).
Wahab mengatakan, film Dirty vote ini juga telah menghina Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) yang sudah bekerja maksimal menjalankan amanat konstitusi.
“Ada 8.232.200 orang pekerja KPU dan Bawaslu yang bekerja siang malam di 8.232.200 TPS demi suksesnya pemilu,” tegas dia.
Sementara terpisah, Ketua DPD Persaudaraan 98 Sumsel, DD Shineba, SH mengungkapkan, rekan rekan yang berbicara pada film itu kurang beretika, masuk gelanggang disaat sedang ada pertandingan.
“Dan pertandingan sedang jeda. Sangat disayangkan sikap tersebut yang keluar dari sosok yang mengklaim diri sebagai akademisi,” ungkap dia.
Shineba menjelaskan, bahwa tidak ada yang netral jika masuk ke dalam gelanggang, semua pasti ada kepentingan. Apalagi dari berbagai media kita tahu bahwa mereka cenderung mendukung pasangan calon tertentu.
“Sebagai warga negara yang baik, semestinya saat inilah kita bersama merendahkan tensi politik, jangan menggiring malah justru membuat suasana yang kurang baik,” tandas dia.
Dalam film bergenre dokumenter eksplanatori itu, ada tiga ahli Hukum Tata Negara yang terlibat yakni, Zainal Arifin Mochtar, Bivitri Susanti fan Feri Amsari. (aha)