KAYUAGUNG, fornews.co – Kepala Bulog Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Rozali mengungkapkan bahwa pasokan beras untuk bantuan sosial (bansos) di daerah ini, hasil serapan dari petani lokal.
Bulog memberi ruang seluasnya kepada para petani untuk menjual hasil panennya ke perusahaan milik negara tersebut. Adapun nilai beli Bulog untuk beras petani di kisaran Rp8.030 perkilogram.
“Jadi itu sudah inpresnya, sehingga kita tidak bisa sembarang menaikan atau menurunkan harga. Meskipun harga di pasaran sedang mahal atau sebaliknya (murah), kita tetap tidak bisa sembarang merubah harga tersebut,” katanya kepada wartawan di sela-sela pembongkaran beras di Gudang Bulog Kabupaten OKI, di Kayuagung, Senin (24/06).
Ia menjelaskan, untuk beras yang diserap dari petani ini sendiri, tetap melalui uji dari petugas sehingga kualitas beras ini sendiri tetap terjaga. Selain itu, beras-beras tersebut harus memenuhi syarat seperti kadar air, derajat soso, broken, dan menir.
“Jadi sebelum kita kerjasama, mereka (petani) bisa kirim sampel dulu, nanti kita analisa apakah masuk atau tidak. Untuk petani yang ingin jual berasnya ke Bulog bisa ikut melalui Satgas atau bikin kontrak sendiri dengan mendaftarkan langsung ke Bulog Palembang, yang penting memenuhi syarat, dan bawa KK atau KTP,” jelasnya.
Lanjut Rozali, Bulog Kabupaten OKI, sendiri menerima pasokan beras sebanyak hampir 2.000 ton untuk persediaan penyaluran bantuan sosial (bansos) di lingkungan Kabupaten OKI.
Menurut Rozali, ribuan ton beras yang masuk ini untuk stok bansos hingga September 2019 nanti. Diungkapkannya, beras-beras yang masuk ini merupakan hasil yang dibeli dari para petani di OKI dan beberapa wilayah lainnya.
“Sekarang memang sudah ada yang panen, jadi ini kita serap dari Gapoktan di sini (OKI), walaupun ada juga dari wilayah lain. Tapi mayoritas kita serap dari petani di OKI,” paparnya.
Untuk kualitas beras sendiri sambungnya, ini merupakan jenis beras medium yang tidak kalah jauh dari beras premium. Selain karena ada masa penyimpanan beras, perawatan beras selama disimpan juga tidak sembarangan.
Selain itu, kalau memang beras-beras ini tidak habis untuk disalurkan menurut Rozali, beras ini bisa didistribusikan ke daerah lain yang membutuhkan. “Kalau lebih ini kita jual. Karena maskimal penyimpanan itu tujuh bulan, tapi biasanya tidak sampai sudah habis didistribusikan,” pungkasnya. (rif)