PALEMBANG, fornews.co – Membangun koalisi dan berkolaborasi dengan rakyat menjadi faktor yang selalu diperhatikan Calon Gubernur (cagub) Sumsel, Herman Deru, disetiap kontestasi pilkada yang diikutinya.
Hal itu terlihat ketika Herman Deru mencatatkan namanya sebagai bupati peraih dukungan rakyat terbesar pada Pilkada Kabupaten OKU Timur 2010 silam.
Berpasangan dengan Cholid Mawardi sebagai wakil bupati, HD berhasil mengumpulkan 95,56% suara di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Sumsel.
“Hal yang terpenting dalam Pilkada itu, jangan hanya fokus pada koalisi partai tapi juga koalisi rakyat. Dan Pak HD adalah salah satu contoh yang menerapkan lebih fokus kepada koalisi rakyat dibandingkan koalisi partai dalam berpolitik,” ujar juru bicara (jubir) keluarga HD, Alfrenzi Panggarbesi kepada awak media, Minggu (20/10/2024).
Alfrenzi mengatakan, dengan tingkat partisipasi pemilih mencapai 91,11%, pencapaian ini tidak hanya mencerminkan dukungan publik yang luar biasa, tetapi juga menjadikan KPUD OKU Timur saat itu menjadi penyelenggara pemilu terbaik.
Dalam politik, sambung dia, mendapat dukungan partai politik (parpol) memang menjadi salah satu syarat penting pencalonan. Hanya saja, meski didukung banyak partai belum tentu memenangkan pilkada.
“Karena yang lebih penting lagi adalah koalisi dengan rakyat, berkolaborasi dengan rakyat. Karena dalam Pilkada yang memiliki adalah rakyat secara keseluruhan bukan hanya partisipan partai politik,” kata dia.
Perolehan suara yang diraih Herman Deru pada Pilkada OKU Timur 2010 lalu, ungkap Alfrenzi, bahkan melampaui rekor sebelumnya yang dipegang Fadel Muhammad dan Gusnar Ismail di Gorontalo pada 2006 dengan 82,1% suara, serta Herman Sutrisno-Achmad Dimyati di Banjar, Jawa Barat, yang meraih 92,17% pada 2008.
Dengan pencapaian tersebut, Herman Deru secara simbolis menjadi sosok kepala daerah yang membuktikan kemampuannya mempertahankan dukungan masyarakat dalam dua periode pemerintahan di Kabupaten OKU Timur kala itu.
“Keberhasilan Herman Deru kala itu juga, tidak didapat dengan bantuan konsultan politik, melainkan berkat dedikasinya kepada rakyat,” ungkap dia.
Alfrenai menjelaskan, pengalaman pertama Herman Deru sebagai bupati OKU Timur pada 2005, di masa ketika OKU Timur baru saja dimekarkan dari OKU, menjadi pembuktian bagi Herman Deru untuk menunjukkan komitmennya kepada masyarakat.
“Meski dihadapkan pada minimnya sumber daya dan anggaran terbatas, saat awal memimpin, APBD OKU Timur hanya sebesar Rp247 juta, Pak Herman Deru mampu menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan,” jelas dia.
Herman Deru, terang Alfrenzi, membina hubungan yang dekat dengan rakyat, membuka pintu rumahnya 24 jam untuk mendengarkan keluhan dan aspirasi mereka. Komunikasinya yang lancar dalam bahasa Komering dan Jawa membuatnya lebih mudah berinteraksi dengan warga asli maupun pendatang.
“Sebagai pemimpin yang fokus pada kebutuhan masyarakat, Pak Herman Deru dikenal dengan istilah ‘Bupati Dua Lima’ atau dua hari di kantor dan lima hari di lapangan. Beliau percaya, kehadiran langsung pemimpin di tengah masyarakat adalah kunci dalam memahami kebutuhan mereka,” terang dia.
Kemudian, urai Alfrenzi, Herman Deru juga berhasil mengubah wajah OKU Timur dari daerah yang dulu dikenal rawan menjadi wilayah yang lebih aman. Pada 2006, ia mencanangkan program ‘OKU Timur Aman’ bersama Gubernur Sumsel saat itu, Syahrial Oesman.
“Program ini bertujuan untuk menciptakan rasa aman bagi masyarakat sehingga mereka bisa bekerja dan beraktivitas tanpa rasa takut,” urai dia.
Trah Pemimpin
Herman Deru lahir dari keluarga yang memiliki sejarah kepemimpinan. Ayahnya, H Hamzah, adalah pasirah (kepala desa) di Gumawang, Belitang, OKU.
Sejak kecil, Herman Deru telah menunjukkan minatnya pada dunia kepemimpinan. Ia sering mengamati para pemimpin yang berkunjung ke rumahnya, bahkan minum dari gelas yang mereka gunakan, karena terinspirasi oleh mereka.
Obsesi menjadi bupati sudah tertanam sejak SMP, dan ia menuliskannya di meja belajarnya sebagai cita-cita. Melalui perjalanan hidup yang panjang, dari menjadi PNS hingga pengusaha, Herman Deru akhirnya mewujudkan mimpinya menjadi Bupati OKU Timur pada usia 37 tahun.
“Kisah hidup Herman Deru adalah contoh nyata bagaimana tekad dan dedikasi kepada masyarakat, dapat membawa seseorang meraih sukses dalam dunia politik,” lata Alfrenzi.
Ketika menjabat, Herman Deru bisa disebut sebagai kepala daerah yang sangat dekat dengan rakyat. Saat menjabat Gubernur Sumsel periode 2018-2023, Herman Deru kerap menerima tamu di kediaman Griya Agung hingga larut malam. Bahkan saat ini kebiasaan menerima rakyat itu tetap dilanjutkan di kediaman pribadinya di Taman Kenten, Palembang, terkadang hingga pukul 02.00 WIB dinihari.