Penulis oleh A.S. Adam
MASJID Gede di Kauman berdiri beberapa tahun setelah Pangeran Mangkubumi bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono I.
Masjid yang terletak di sebelah Barat Alun-alun Utara Karaton Yogyakarta itu berdiri pada pada tanggal 29 Mei 1773.
Dinamakan Masjid Gede Kauman karena dahulu di sekitar masjid menjadi tempat bermukimnya para ulama Karaton.
Para ulama Karaton itu merupakan ulama pilihan Sri Sultan Hamengku Buwono I. Mereka saling terikat berdasarkan agama, status sosial, dan pertalian darah.
Istilah “kauman” diambil dari bahasa Arab yakni “qaum” yang berarti sekelompok atau kumpulan orang.
Dalam bahasa Indonesia, kata “kaum” yang berarti suku bangsa atau kerabat, yang bisa juga diartikan sebagai golongan, lebih diidentikkan dengan Islam.
Baca: Kiai Haji Achmad Dahlan Dituding Merubah Dasar-dasar Agama
Berdasarkan fakta sejarah, di sekitar Masjid Gede memang menjadi pemukiman bagi sekumpulan orang yang taat menjalankan agama Islam.
Sebagian dari sekumpulan orang yang taat terhadap agama Islam itu bertugas sebagai pengurus dalam berbagai kegiatan dan aktivitas di Masjid.
Meski begitu, pengelolaan Masjid Gede tetap menjadi wewenang ulama Karaton yang dipilih.
Masjid ini memiliki kantor lembaga kepenghuluan.
Di sebelah Barat Masjid terdapat kantor penghulu yang diurusi oleh takmir.
Sedangkan di sebelah Utara Masjid terdapat Pengulon.
Lembaga Kepenghuluan dikhususkan mengurusi administrasi keagamaan seperti hukum peradilan agama, kemasjidan, juru kunci makam, perceraian, pernikahan dan rujuk.
Lembaga Kepenguluan dipimpin oleh seorang Hoofdpenghulu atau Kepala Penghulu yang memiliki abdi dalem Pamethakan sebagai staf kepenghuluan.
Abdi dalem Pamethakan juga disebut abdi dalem putihan.
Kepala Penghulu merupakan jabatan tertinggi dalam struktur lembaga kepenghuluan membawahi khatib, modin dan merbot.
Menurut Ketua Takmir Masjid Gede Kauman, Azman Latif, Khatib terdiri atas sembilan orang.
Kesembilan Khatib atau Ketib itu yakni Ketib Anom sebagai Wakil Kepala Penghulu, Ketib Cendana, Ketib Tengah, Ketib Wetan, Ketib Kulon, Ketib Lor, Ketib Amin, Ketib Senemi dan Ketib Iman.
Masing-masing Ketib juga bertugas sebagai Imam Masjid dan memiliki bawahan.
Belakangan diketahui Masjid Gede di Kauman didesain oleh Kanjeng Wirjakusuma di bawah pengawasan Penghulu Karaton, Kiai Faqih Ibrahim Dipaningrat. (*)