PALEMBANG, Fornews.co – Penyalahgunaan Senjata Tajam (Sajam) terus terjadi di Sumsel baik tindak pidana Pencurian dengan Pemberatan (Curat), Curanmor, Penganiayaan dan lain sebagainya.
Hal ini sorotan Kepolisian Daerah (Polda) Sumsel untuk mengurangi penyalahgunaan sajam di Bumi Sriwijaya.
Kabid Humas Polda Sumsel, Kombes Pol Supriadi mengaku sajam sering kali ditemui dalam tindak pidana di Sumsel. Baik, Curat, Curanmor hingga penganiayaan yang menyebabkan korban jiwa. Karena itu, pihaknya melakukan pembedahan terhadap prilaku warga Sumsel yang sering kali membawa sajam.
Menurutnya, membawa Sajam bukan suatu budaya melainkan kebiasaan orang-orang tertentu saja di Sumsel.
“Jadi kami mengajak seluruh sektor untuk membahas dan meminimalisir kebiasaan warga Sumsel yang sering membawa sajam ini,” katanya saat ditemui dalam Forum Grup Diskusi, Kamis (06/02).
Ia menerangkan kebiasaan ini muncul dikarenakan wilayah Sumsel dahulunya hutan sehingga warga membawa sajam sebagai alat untuk menjaga diri. Namun berkembangnya zaman, sajam kini digunakan sebagai alat untuk membunuh dalam tindak pidana seperti Curanmor dan lain sebagainya.
“Kami berharap dengan kegiatan ini kedepannya mampu mengatasi kebiasaan warga Sumsel untuk membawa pisau,” tutupnya.
Sementara itu, Gubernur Sumsel Herman Deru mengatakan, membawa sajam ini merupakan cara berpikir yang salah dan juga kurangnya kepercayaan diri bagi si pembawa sajam tersebut. Karena itu, perlu ada terapi agar kebiasaan membawa sajam ini dapat dikurangi.
“Membawa sajam ini bukan suatu budaya di Sumsel. Hanya pola pikirnya saja yang salah,” katanya disela sambutan.
Menurutnya, saat ini kondisi keamanan di Sumsel sudah berangsur baik. Kalau pun ada tindak pidana yang menggunakan sajam, biasanya hanya terdesak seperti harga diri mereka diinjak sehingga membuat mereka jadi kalap atau emosi. Dengan emosi yang memuncak mereka pun tidak sadar menyalahkan gunakan sajam sebagai alat untuk membunuh.
“Kedepan kami berharal tidak ada lagi penyalahgunaan sajam ini di Sumsel,” singkatnya. (lim)