fornews.co — Toko Jamu Djojo dikabarkan miring setelah anak perempuan dituding mandul. Padahal, toko jamu legendaris itu terkenal dengan ramuan kesuburan.
Berita ini hanya ada di film “Cocote Tonggo“ yang hari ini, Kamis, 15 Mei 2025, mulai diputar serentak di seluruh bioskop di Indonesia.
Industri perfilman Indonesia kembali diramaikan dengan kehadiran film komedi terbaru “Cocote Tonggo” yang diproduksi oleh Tobali Film dan Skak Studios.
Naskah film drama komedi ini ditulis oleh Nona Ica menyentil realitas sosial dengan cara yang segar dan disutradarai oleh Bayu Skak yang kerap menampilkan humor lokal yang relatable.
Film layar lebar ini melibatkan para aktris dan aktor kawakan: Ayushinta (Murni), Sundari Soekotjo (Bu Tin), Dennis Adhiswara (Luki), Bayu Skak (Gatot), Firza Falaza (Supri), Beni Siregar (Yoyok Nalpot), Asri Welas (Bu Pur), Tatang Gepeng (Pak Min), Furry Setya (Pak Wira), Devina Aureel (Endah), Ella (Olive), Ika Diharjo (Tari), Briliana Arfira (Bulik Yayuk), Maya wulan (Bu Heri), Putri Manjo (Bu Wira), Marwoto, dan Yati Pesek (Mbah Mila).
Cocote Tonggo yang berarti “Mulut Tetangga” kerap disebut sebagai biang permasalahan di tengah masyarakat.
Film “Cocote Tonggo” mengangkat kisah sepasang suami istri yang telah menikah selama lima tahun tetapi belum memiliki anak.
Apesnya, mereka hidup di lingkungan masyarakat yang memiliki kebiasaan kepo dan ngrasani.
Budaya kepo dan omongan tetangga membuat mereka menjadi bahan gosip tidak berkesudahan.
Sebuah potret kehidupan masyarakat kelas menengah dengan segala problematika yang sering mereka hadapi, terutama dalam lingkungan yang masih menjunjung tinggi tradisi dan kepercayaan terhadap hal-hal seperti kesuburan dan keturunan.
Bu Tin, sebagai ibu kandung, sangat berharap anak perempuannya mengandung dan memberikannya cucu.
Sebagai juragan toko jamu kesuburan Bu Tin merasa malu karena Murni, anak perempuannya, justru tidak punya anak meski sudah menikah.
Murni dan suaminya Luki, tidak luput dari gunjingan tetangga. Mereka jadi bahan omongan sekampung.
Bahkan di warung-warung nama mereka disebut-sebut. Semua orang ngrasani suami istri yang belum punya anak itu.
Sebagai pemilik toko jamu kesuburan yang diwariskan secara turun-temurun dalam keluarga, mereka merasa tertekan. Pasangan ini pun mengambil keputusan nekad dengan berpura-pura hamil.
Namun, kebohongan mereka semakin rumit setelah menemukan bayi yang terlantar kemudian mengakuinya sebagai anak kandung.
Awalnya yang hanya ingin menutupi aib justru membawa mereka ke dalam berbagai situasi penuh kekacauan dan salah paham.
Dengan humor yang khas dan relatable film ini tidak sekadar menjadi tontonan biasa.
Dibalik tawa yang disuguhkan, film ini menyelipkan kritik sosial tentang tekanan masyarakat terhadap pasangan suami istri, ekspektasi terhadap peran dalam keluarga serta bagaimana budaya kepo dan gunjingan bisa memengaruhi kehidupan seseorang.
Tentu saja momen-momen komedi dalam ini akan membuat penonton tertawa terpingkal-pingkal.
Film komedi yang segar, cerita yang menggelitik, dan pesan yang kuat, Cocote Tonggo siap menjadi tontonan yang menghibur sekaligus mengena di hati.
Film ini tidak hanya sekadar menghadirkan tawa, tetapi, juga mengajak penonton untuk berkaca pada realitas kehidupan sosial di sekitar mereka.