YOGYAKARTA, fornews.co—Guna meminimalisasi masalah sampah yang kerap terjadi, ratusan bank sampah di Yogyakarta diberdayakan.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta akan mengoptimalkan pemanfaatan bank sampah dengan melibatkan pengelola sampah mandiri dan memberikan edukasi kepada masyarakat dan sekolah.
“Sebanyak 481 bank sampah kami memaksimalkan dulu,” kata Kepala Bidang Pengelolaan Sampah, Ahmad Haryoko, Kamis (18/2/2021).
Pihaknya tidak akan menambah bank sampah jika 481 bank sampah tersebut belum sehat dan aktif.
“Kalau sudah sehat akan nambah lebih mudah. Jadi, intinya bukan menambah bank sampah, tapi menambah nasabah. Tidak boleh ada mati suri dan diam,” jelas Kepala Pengelolaan Sampah, Ahmad Haryoko.
Aktifitas dari bank sampah di Kota Yogyakarta saat ini, lanjutnya, baru sekitar 80 persen yang aktif dan hanya 2 persen yang berpotensi mengurangi volume sampah.
Hingga saat ini tercatat sekitar 300 ton per hari sampah dari Kota Yogyakarta yang masuk ke TPST Piyungan.
Selain optimalisasi bank sampah, Kepala Dinas terkait itu menyebut, tahun ini DLH Kota Yogyakarta juga akan melakukan program pengelolaan persampahan di lingkungan masyarakat yang berada di kawasan Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Reuse, Reduce, dan Recycle (3R).
Salah satu kawasan TPST 3R itu berada di Nitikan, Kelurahan Sorosutan, yang nantinya akan dijadikan percontohan pengelolaan sampah ditingkat masyarakat.
“Sebanyak 10 ton per hari sampah di Nitikan masih tercampur. Maka, rencana kami untuk di TPST 3R itu,l akan dijadikan pilot project untuk pengolahan sampah di wilayah Sorosutan, yang masuk ke TPST seminimal mungkin sudah terpilah. Sehingga, sampah bernilai ekonomi warga sudah bisa diambil dan dimanfaatkan di bank sampah di Sorosutan itu,” jelasnya.
“Setelah itu, baru nanti kita pilah lagi di TPST sehingga yang dibuang ke TPA benar-benar residu, sampah yang tidak bernilai lagi.”
Rencananya, pada tahap awal fokus dilakukan di 1-2 RW yang berada di kawasan TPST 3R dengan proses pemisahan sampah organik dan anorganik, termasuk merubah pola pikir masyarakat tentang pengelolaan sampah.
“Nantinya, kalau memang sudah berjalan akan sampai penjadwalan pengambilan sampah,” katanya.
Mengetahui pengelolaan sampah organik di Nitikan belum optimal, pihaknya akan memanfaatkan maggot bsf agar sampah dapat diproses menjadi kompos.
Proses pengomposan dilakukan dengan sistem aerasi yang dikombinasikan dengan bioaktifator. Kemudian, sampah anorganik yang bernilai ekonomi dapat dimasukkan bank sampah.”
Hingga saat ini pembuatan kompos di TPST Nitikan masih dilakukan, meski sampah organik berasal dari taman kota dengan kapasitas sekitar 10 kubik per hari. (adam)