fornews.co — Rumah seni Eloprogo memiliki suasana alam menjadi pilihan menarik berwisata ke Borobudur.
Tempat ini berada di Dusun Bajen, Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, menjadi pintu gerbang menuju Candi Borobudur.
Banyak wisatawan yang datang ke tempat ini ingin merasakan suasana alam sungai Elo dan Progo sembari melihat karya-karya seniman Sony Santosa akrab disapa Sonyeloprogo.
Jalan-jalan kali ini fornews.co mendapatkan penggalan kisah tentang putra Sri Sultan Hamengku Buwana II di Wanurejo.
Penggalan itu menyebut bahwa Wanurejo merupakan tanah perdikan yang diberikan kepada Bendara Pangeran Haryo (BPH) Wanu Tejakusuma oleh Raja Ngayogyakarta Hadiningrat.
BPH Wanu Tejakusuma yang lahir pada 17 Mei 1799 merupakan putra dari Sri Sultan Hamengku Buwana II dan selir Bendara RM Ayu Dewi Rantamsari. Selir juga disebut garwa ampean.
Menurut cerita yang berkembang Desa Wanureja diyakini berasal dari bahasa sanskerta vanua reja yang berarti desa yang makmur.
Sebab, kata vanua reja disebut dalam prasasti Karangtengah atau Mendut yang ditulis pada 812M.
Bahkan, kata vanua reja juga ditemukan pada prasasti Canggal pada 732M di masa Mataram Hindu.
Kisah Wanurejo sendiri tercatat dalam macapat Dhandanggula pada pupuh ke-3 yang menceritakan berdirinya Kadipaten Wanurejo di bawah kekuasaan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
BPH Wanu Tejakusuma, suami dari Roro Ngatirah putri Pangeran Puger, selanjutnya dinobatkan menjadi Hadipati setelah berdirinya Kadipaten Wanurejo pada 17 Mei 1799.
Setelah Adipati Wanu Tejakusuma wafat pada 1836 usai Perang Diponegoro, Kadipaten Wanurejo tidak lagi difungsikan dan diabadikan menjadi Desa Wanurejo.

Bukan kebetulan jika kemudian Sony tinggal di Wanurejo, Borobudur. Banyak yang datang ke tempat ini setelah sempat mampir di Bro Jon mengawali perjalanan ke Borobudur.
“Sungai Elo-Progo bagaikan ibu yang melahirkan anak,” kata Sony.
Seniman yang pernah tinggal di Jogja, Jakarta, Solo dan Bali, itu akhirnya menyepi ke pinggiran. ia memilih tinggal dan menetap di Eloprogo bersama istri dan anak-anaknya.
Sebelum Rumah Seni Eloprogo dibuka untuk umum, Sony, hanya menerima tamu khusus yang bersangkutan dengan karya-karya rupanya.
Sungai, kata Sony, adalah guru yang mengajarkan kehidupan bagi manusia.

“Sungai mengajarkan kepada kita selalu ada sesuatu yang baru,” ungkapnya.
Manusia harus melanjutkan hidupnya dari segala sumber kehidupan yang didapatkannya. Air menjadi sumber kehidupan begitu pula Eloprogo.
Rumah Seni Eloprogo yang berada di pinggiran sungai Progo turut menguatkan status Wanurejo sebagai desa wisata di Borobudur.
Berada di Eloprogo, kita seperti berada di tempat yang jauh dari keramaian. Jauh dari hiruk-pikuk kota dengan lalu lintas yang macet.
Baca: Bro Jon, Suasana Alami di Borobudur
Banyak wisatawan yang ke Borobudur tidak ingin melewatkan berkunjung ke Eloprogo.
Sejak dibuka untuk umum, Eloprogo tidak hanya dikunjungi para pelaku seni, sastra dan budaya. Namun, sejumlah pejabat dan artis pun pernah berkunjung ke tempat ini.
Sejumlah artis dan musisi kabarnya juga bakal menggelar acara musik di Rumah Seni Eloprogo. Hal ini dikatakan langsung oleh pemilik RSE.
Tidak hanya itu, RSE, rencananya juga akan menerbitkan majalah Sastra Dua Sungai dalam bentuk cetak.
Majalah Sastra Dua Sungai itu dipandegani oleh Griwo salah satu pegiat sastra di Jogja.
“Ini menjadi angin segar untuk para pecinta sastra di Indonesia,” kata Griwo pegiat Sastra Rabu yang pernah digelar sepekan sekali di Jogja.

Di tempat ini pula, Sawong Jabo, terkagum-kagum dengan rumah seni Eloprogo milik Sony.
Tempat ini membuat pengunjung seperti di rumahnya sendiri. Nyaman. Mereka bebas berjalan-jalan tanpa alas kaki.
Tempat ini berjarak sekira 1Km dari Candi Borobudur.
Kepada fornews.co, Sony, mengatakan setiap yang datang enggan beranjak pergi seperti berat meninggalkan Eloprogo.
Benar saja. Meski diguyur hujan sejak siang pengunjung terus berdatangan hingga malam hari .
Tempatnya yang luas dilengkapi dengan bangunan eksotik, pengunjung dapat bercengkerama sembari menunggu hujan reda.
Jika sedang berwisata ke Borobudur dapat mencari di google map dengan menulis Eloprogo Art House.
Jaraknya yang dekat sekira 1,8 Km hanya memakan waktu 7 menit dari Kedai Bro Jon.

Di tempat ini pengunjung biasanya memesan souvenir untuk kenang-kenangan berupa lukisan, kaos, atau hasil karya lain Sonyeloprogo.
Tempat ini berjarak 38 Km dari Titik Nol Kilometer Jogja dapat menggunakan moda transportasi seperti angkutan umum, motor, mobil atau bersepeda.
Perjalanan dapat melalui rute Titik Nol Kimometer, Jalan Godean, Ancol, Jalan Alternatif Nanggulan – Borobudur, Jalan Raya Candirejo, Jalan Wanurejo, Brojonalan.
Jika menggunakan angkutan umum akan memakan waktu lebih lama. Perkiraan bisa dua atau tiga jam lebih karena harus transit di beberapa tempat.
Ada pula para pesepeda, gowes dari Jogja, melewati pedesaan di Sleman menembus jalan-jalan singkat menuju Bro Jon.
Jarak tempuh menggunakan sepeda memakan waktu sekira tiga jam. Ini sangat berbeda dengan menggunakan kendaraan mobil atau motor yang relatif singkat kurang dari sejam.
“Kapan lagi datang ke Eloprogo Art House merasakan pengalaman baru menikmati alam sungai Progo di Borobudur?” pungkas Rendi mahasiswa yang kini tinggal di Jogja. (adam)