fornews.co — Kabut mulai menipis menyingkap puncak bukit menoreh yang eksotik melatarbelakangi pendapa Brojonalan di Wanurejo, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Pagi menjelang siang, meski dingin menggerayangi kaki telanjang, Wawan Sutopo lebih dikenal Waun WS, terlihat menyiapkan beberapa tanaman untuk dilansir ke salah satu hotel di kawasan Borobudur.
Ia dibantu seorang pekerja yang setiap hari mengurusi ribuan tanaman hias dan pepohonan di tanah seluas 6.000 meter persegi.
“Lahan ini semula penuh semak belukar. Mengerikan! Tidak satupun orang berani memasuki kawasan ini,” cerita Waun WS kepada fornews.co, Kamis, 3 April 2025.
Di lahan seluas 6.000 meter persegi inilah Waun menyulap menjadi tempat destinasi wisata. Ia juga menyulap sebagian lahan menjadi kedai kuliner Bro Jon.
“Mengapa Bro Jon, karena tempat ini berada di wilayah Brojonalan,” jawabnya singkat.

Bro Jon diambil dari nama dusun Brojonalan yang kemudian dijadikan nama identitas tempat itu sendiri. Sehingga orang dengan mudah akan menemukan melalui map google.
Setelah dari Eloprogo, jalan-jalan kali ini fornews.co mengunjungi Kedai Bro Jon berjarak sekira 1Km dari rumah seni Eloprogo.
“Harapan saya, banyak pohon-pohon langka di tempat ini,” ungkapnya.
Waun berkeinginan berbagai tanaman dan pohon termasuk heliconia jenis pisang-pisangan hias asal hawai, bromelia jenis tanaman yang mirip buah nanas, dan pohon langka lainnya, ada di tempat ini.
Setiap hari, mulai pagi hingga malam, pengunjung kedai Bro Jon silih berganti berkelindan.
Bahkan, saat cerita ini ditulis di Bro Jon pada Jum’at (4/4/2025) pagi yang berkabut, sekeluarga tamu dari Jakarta datang mengetuk pintu.

Waun menyambut mereka agak kikuk. Tamu sekeluarga asal Jakarta itu tak tahan dapat ingin menikmati suasana pagi di Bro Jon.
Waun tak mampu menolak. Ia lantas membuka pagar pintu utama menyilakan pengunjung masuk ke ndalem Brojonalan.
“Kami masih belum buka. Tapi, kalau sekadar kopi masih bisa dilayani,” jawab Waun.
Sebab, sambung Waun, menu belum ada yang siap karena anak-anak belum ada yang datang.
Waun terbiasa menyebut seluruh karyawan kedai Bro Jon dengan sebutan anak-anak.
Tempat ini menjadi gerbang utama masuk Candi Borobudur. Wisatawan selalu saja terlihat di tempat ini.
“Tapi, banyak juga mahasiswa dari Jogja yang datang ke sini,” kata Waun.
Sajian menu Bro Jon terbilang umum. Hampir sama dengan di tempat lain. Hanya saja, banyak orang mengatakan Bro Jon memiliki kekhasan suasana dengan tempat lain.

Di tempat ini pengunjung dapat memilih tempat sendiri di tengah pepohonan rindang. Atau, dapat memilih duduk di tengah hutan palm sambil bebakaran.
Kebanyakan pengunjung memesan menu nasi goreng dan bebek bumbu hitam. Ada pula menu lain goreng-gorengan seperti singkong, pisang, kentang, dan mendoan.
Sedangkan menu minuman yang paling disukai adalah jenis herbal sparkling water seperti purple rain, black coffea, atau sexy rose.
“Tetapi, ada menu makanan lain yang paling disukai seperti gyoza, dimsum dan pisang goreng,” kata Waun.
Harganya yang relatif terjangkau membuat kedai Bro Jon disukai banyak orang.

Tami, misalnya. Salah satu pengunjung yang mengetahui kedai Bro Jon di instagram.
Ia mengaku senang bisa datang ke Bro Jon dalam rangka mudik lebaran.
“Saya baru pertama ke tempat ini,” kata wanita asal Magelang yang merantau di Jakarta, Jum’at (4/4/2025).
Tami menyempatkan diri melihat-lihat tanaman di kebun anggrek. Ia lantas membawa pulang tanaman alokasia tengkorak dan anggrek tanah setelah puas berkeliling di ndalem Brojonalan.

Tempat ini berjarak 38 Km dari Titik Nol Kilometer Jogja.
Untuk sampai ke tempat ini dapat menggunakan moda transportasi seperti angkutan umum, motor, mobil atau bersepeda.
Jika menggunakan kendaraan memakan waktu lebih kurang satu jam setengah melalui rute Titik Nol Kimometer, Jalan God ean, Ancol, Jalan Alternatif Nanggulan – Borobudur, Jalan Raya Candirejo, Jalan Wanurejo, Brojonalan.
Namun, jika menggunakan angkutan umum akan memakan waktu lebih lama. Perkiraan bisa dua atau tiga jam lebih karena harus transit di beberapa tempat.

Ada pula para pesepeda, gowes dari Jogja, melewati pedesaan di Sleman menembus jalan-jalan singkat menuju Bro Jon.
Jarak tempauh menggunakan sepeda memakan waktu sekira tiga jam. Ini sangat berbeda dengan menggunakan kendaraan mobil atau motor yang relatif singkat kurang dari sejam.
Rencananya, tempat ini juga akan digunakan untuk pertunjukan sastra seperti halnya rumah seni Eloprogo.
Bro Jon menggandeng Griwo salah satu pegiat sastra di Jogja yang pernah menggarap Rabu Sastra.
“Tidak hanya pertujukan sastra, bisa jadi launching buku atau kegiatan lain,” pungkas Waun. (adam)