YOGYA, fornews.co – Pakualaman kembali menggelar perlombaan permainan tradisional pada Peringatan Hadeging Kadipaten Pura Pakualaman ke-211 (masehi)/207 (jawa) untuk menjaga budaya Jawa.
Lomba Dolanan Anak itu menjadi salah satu upaya menjaga anak-anak dari kerusakan budaya.
Lomba Dolanan Anak dengan tema “Memahami Budi Pekerti dengan Baik akan Memulihkan Umat Manusia” digelar pada Sabtu, 10 Juni 2023, di Pendopo Agung Royal Ambarrukmo.
Kemajuan teknologi bisa berdampak positif jika dimanfaatkan secara tepat. Namun, muncul dilema di tengah masyarakat karena kehilangan budaya tradisional.
Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu Adipati (GKBRAA) Paku Alam prihatin masih banyak anak-anak lebih dekat dengan gadged (gawai) ketimbang bermain di luar rumah bersama teman sebayanya.
“Sekarang ini banyak anak-anak yang hanya diam cuma jempolnya bergerak-gerak,” ungkapnya.
GKBRAA Paku Alam mengatakan dolanan anak adalah satu bagian dari lomba-lomba yang digelar pada Peringatan Hadeging Praja Kadipaten Pakualaman.
Ragkaian Peringatan Hadeging Praja Kadipaten Pakualaman itu diawali dengan dengan perlombaan melukis tas pandan yang digelar di Jakarta bersamaan dengan event Ekonomi Kreatif (ekraf) yang digelar oleh Pemerintah Indonesia beberapa waktu lalu.
Di usianya yang ke-211 Kadipaten Pakualaman telah melakukan berbagai kegiatan kebudayaan sebagai wujud pelestarian budaya dan tradisi di Yogyakarta.
Gusti Putri merasa bangga masih ada anak-anak menjadi pelaku seni dan budaya dengan memainkan dolanan anak meski di tengah kemajuan teknologi.
Ia tidak menyalahkan kemajuan teknologi yang masif, tetapi, jika anak-anak dibiasakan dengan gadged justru akan merusak segalanya.
Tidak terkontrolnya penggunaan gadged oleh anak-anak mengakibatkan adab sopan santun dan tata krama terabaikan akibatnya merusak tatanan komunikasi dengan orang tua.
Gusti Putri berharap anak-anak tidak hanya dibiasakan bermain gadged, namun, juga diberikan ruang dan kesempatan untuk berekspresi bermain dengan teman-teman sebayanya.
Istri Wakil Gubernur DIY itu mengajak para orang tua dapat menciptakan komunikasi melalui kegiatan budaya agar anak-anak tetap memiliki unggah-ungguh tepa selira.
Para orang tua untuk tidak bosan membimbing dan menjaga anak-anak dengan berbagai kegiatan budaya sehingga anak-anak tidak terjebak oleh kemajuan zaman.
Namun, ia menyayangkan jumlah peserta yang sedikit karena promosi tidak dilakukan besar-besaran sehingga tidak bisa digelar secara nasional.
Gusti Putri berterima kasih kepada pihak Ambarrukmo yang telah memberikan fasilitas atas terselenggaranya lomba tersebut.
Lomba Dolanan Anak diikuti oleh SD Negeri Karangnongko 1 (Sleman), SD Pangudi Luhur (Jogja), SD Negeri Siluk (Bantul), Sanggar Anak Jatimulyo (Jogja) lan Sanggar Sripanglaras (Kulon Progo).
Para pemenang lomba yaitu Juara 1 SD Pangudi Luhur (Jogja), Juara 2 Sanggar Sripanglaras (Kulon Progo), Juara 3 Karangnongko 1 (Sleman) lan harapan 1 SD Negeri Siluk (Bantul).

Budaya Jawa yang sangat kaya sudah seharusnya dilestarikan dan dikenalkan oleh generasi muda saat ini.
Hal itu dikatakan General Manager Hotel Ambarrukmo Herman Courbois kepada fornews.co usai penutupan Lomba Dolanan Anak.
Herman berpandangan budaya Jawa yang mengandung pesan-pesan kebaikan justru terabaikan. Generasi muda lebih memilih menyibukkan diri dengan gadged di kamar.
Padahal, kata dia, dengan bermain di luar rumah bersama teman-teman sebaya akan menambah wawasan dan pengetahuan yang nyata.
“Ini memang harus mulai dari Jawa, Yogyakarta, menjadi pusat dolanan anak dan semoga di luar Jawa juga seperti Yogyakarta,” kata dia.
Menurut Herman pelestarian dolanan anak-anak di luar Jawa tidak sebagus di Yogyakarta (Jawa), namun, permainan tradisional di luar Jawa dapat dibuat seperti halnya di Yogyakarta jika generasi mudanya peduli terhadap kebudayaannya.
Herman melihat seni dan budaya tradisional lebih banyak ditemui di Jawa salah satunya Lomba Dolanan Anak yang digelar oleh Pakualaman. “Ini sangat luar biasa!”
Di negaranya, kata Herman, tidak ada dolanan anak seperti di Yogyakarta. Ia sempat berandai-andai jika saja di Belanda ada dolanan anak seperti di Jawa.
“Bayangkan di negara saya tidak ada dolanan anak seperti di Yogyakarta,” selorohnya.
Senada dengan Gusti Putri, Herman berharap dolanan anak-anak dapat diperlombakan secara nasional sehingaga generasi muda dapat mengenal budaya Indonesia atau Jawa. (adam)
Copyright © 2023 fornews.co. all rights reserved.