Penulis: A.S. Adam
MALIOBORO diambil dari bahasa sansekerta “malyabhara” yang berarti karangan bunga. Namun ada yang berpendapat nama Malioboro muncul setelah Jogja bergonta-ganti disatroni penjajah: Belanda, Jepang, sekutu, dan Inggris yang di dalamnya terdapat serdadu asal India (sepoy) dan Eropa berseragam merah. Pendapat lainnya, diambil dari nama seorang Belanda, Marlborough, yang pernah tinggal di Jogja sekitar tahun 1811 – 1816. Terlepas dari kesimpangsiuran dan perdebatan, kawasan Malioboro tidak lepas dari sejarah bangunan Benteng Vredeburg yang didirikan tahun 1790 berada di sebelah utara Kraton Yogyakarta.
Dari catatan salah seorang serdadu Inggris pada sebuah perjalanan penaklukan Inggris ke Jawa, Kapten William Thorn menulis dalam Memoir of The Conquest of Java yang terbit di London tahun 1815. Di Benteng Vredeburg—kubu pertahanan Inggis—pernah terjadi tembak-menembak dengan Kraton Yogyakarta. Serangan Inggris hanyalah hiburan bagi pihak Kraton.
Bagi orang Jawa, Malioboro berkaitan erat dengan Gunung Merapi, Kraton dan Pantai Selatan. Sebagai garis imajiner yang menghubungkan Gunung Merapi, Tugu, Kraton, Panggung Krapyak dan Laut Selatan, Malioboro juga merupakan tempat paling strategis di Jogja. Salah satunya adalah peristiwa Serangan Umum 1 Maret, yang mutlak mengalahkan penjajah dalam hitungan jam.
Wakil Kepala Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, Singgih Raharjo mengatakan, bahwa Malioboro merupakan sumber filosofi di Yogyakarta telah diusulkan menjadi warisan dunia.
“Malioboro, dari Tugu sampai Panggung Krapyak merupakan bagian dari sumber filosofi,” kata Singgih. “Sangkan paraning dumadi yakni tempat asal dan kembalinya manusia.”
Kini masyarakat Yogyakarta tidak bisa seenaknya mengubah bangunan di Malioboro tanpa seijin dari Unesco. Warga harus belajar menjaga bangunan tua, kawasan bersejarah, dan tempat-tempat berpotensi heritage.
Berada di pusat jantung kota, Malioboro lebih populer dibanding tempat-tempat lain di Yogyakarta.
Liburan
MALIOBORO tidak pernah sepi meski bukan pada waktu-waktu liburan. Selalu hidup terlebih malam hari. Lampu-lampu khas di sepanjang Malioboro membuat suasana malam di Jogja sulit dilupakan. Menikmati malam di Malioboro bisa lupa waktu.
Memasuki bulan Juni hampir semua ruas jalan di Jogja padat kendaraan. Ini menjadi pertanda liburan sudah dimulai. Bus-bus wisatawan domestik membanjiri tempat-tempat parkir khusus yang tersedia, misalnya parkiran Ngabean, Senopati dan Abu Bakar Ali yang sangat dekat dengan Malioboro.
Di waktu liburan beberapa tempat di Jogja dengan mudah dapat ditemui pengasong batik, kaos oblong, dan souvenir. Hampir di setiap lintas jalur jalan kaki yang dilalui para wisatawan. Jalan KHA Dahlan dan Agus Salim, misalnya. Di jalan ini bisa sangat macet tiga kali lipat dari biasanya.
Bagi wisatawan yang sedang berlibur juga disediakan angkutan khusus dari parkiran menuju tempat-tempat wisata lain yang dapat dikunjungi. Dengan uang 5 ribu rupiah perkepala, wisatawan akan diantar menggunakan si Thole (nama angkutan wisata) ke Malioboro, Kraton atau Tamansari. Fasilitas kendaraannya persis mobil travel. Kapasitas muatnya tidak bisa lebih dari 8 orang.
Serunya berlibur di Jogja pada musim liburan dapat bertemu dengan siapa saja dari daerah manapun. Di Jogja orang bisa saling bertemu dan berkenalan menjadi teman baik. Tidak hanya itu, bahkan cukup banyak yang berlanjut hingga ke pelaminan setelah perkenalannya di Yogyakarta.
Kuliner
MUSIM liburan di Jogja tidak cukup hanya memborong batik, kaos dan souvenir, atau mendatangi tempat-tempat wisata dalam waktu singkat. Berbagai tempat kuliner juga menjadi sasaran wisatawan. Gudeg Wijilan, ayam goreng Mbok Berek, Segotempe Pak Griwo, jajanan Ketan Jogja, Geplak Bantul, Jadah Tempe di Kaliurang, Bapia Pathuk, Bami Godog, dan masih banyak lagi lainnya. Bahkan traveler dan bakpacker paling suka berlama-lama nonkrong di angkringan. Dengan uang 5 ribu rupiah sudah bisa makan sego kucing (nasi bungkus berukuran kecil) dan segelas teh panas manis.
Bicara ragam makanan di Jogja memang tidak ada habisnya. Dari yang murah sampai yang termahal pun ada. Kondisi ini berbeda ketika masih tahun 90-an. Di masa itu uang 1500 rupiah sudah bisa makan dan minum. Tapi sekarang uang 1500 cukup dapat sebungkus segokucing, atau 3 buah jajanan pasar.
Di desa-desa di pinggiran kota, masih dapat dijumpai warung-warung makan yang harganya masih di bawah rata-rata. Tentu saja lebih baik berkendaraan tidak didatangi dengan berjalan kaki karena tempatnya yang cukup jauh. Namun jika pernah lama tinggal di Jogja, di perkotaan pun masih bisa ditemui warung-warung makan murah. Warung-warung berharga murah biasanya hanya pada jam-jam tertentu pada waktu dini hari hingga menjelang subuh. Kebanyakan mahasiswa yang kuliah di Jogja menjadikan warung makan murah sebagai tempat favoritnya.
Jajan di lesehan Malioboro sebaiknya terlebih dahulu bertanya harga agar sama-sama nyaman dan tidak ada yang dirugikan. Pemerintah setempat telah mengupayakan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan yang berkunjung ke Malioboro.
Gunung dan Pantai
Selain di Malioboro, sejumlah tempat wisata lainnya juga dapat dikunjungi. Bagi yang suka pantai bisa ke pantai Parangtritis, Samas, atau Glagah. Bagi yang menyukai udara dingin bisa ke kawasan sejuk di Taman Nasional Gunung Merapi. Di Kulonprogo dan Gunungkidul juga banyak terdapat tempat wisata menarik yang bisa dikunjungi.
Bagi yang punya kesukaan berkemah atau mendaki gunung, wisatawan punya pilihan-pilihan tempat yang bisa didatangi. Gunung Merapi menjadi pilihan menantang bagi wisatawan penyuka ketinggian. Untuk gunung yang satu ini, sebelum melakukan pendakian sebaiknya mencari informasi yang akurat melalui BMKG untuk menghidari hal-hal yang tidak diinginkan. Setelah itu jika diijinkan oleh pihak terkait, seyogianya di lokasi pendakian juga melapor kepada penjaga setempat. Hal ini dilakukan untuk dapat dengan mudah berkoordinasi jika terjadi sesuatu hal.
Masih di kawasan TNGM. Mumpung di Jogja, nongkrong sambil wedangan di daerah hawa sejuk juga sayang dilewatkan. Jika sedang bersamaan dengan musim penghujan sebaiknya disiapkan perlengkapan anti hujan seperti jas hujan (plonco), payung, dan jaket anti air. Di kawasan ini jika sedang hujan dinginnya seperti air es.
Selain di Gunung Merapi, berkemah di Gunung Purba Gunungkidul juga seru. Jika cuaca sedang cerah, pemandangan indah kerlap-kerlip lampu Kota Jogja dapat terlihat.