PALEMBANG, fornews.co – Universitas Taman Siswa (Unitas) Palembang menjalin kerja sama dengan Universitas Sriwijaya (Unsri) untuk menumbuhkan kesetaraan mutu pendidikan antara perguruan tinggi negeri dan swasta (PTN dan PTS).
Penandatanganan kerja sama dilakukan di gedung Unitas Palembang, Sabtu (27/04).
Rektor Universitas Taman Siswa, Joko Siswanto mengatakan, kerja sama yang dijalin dengan Unsri ini ada dua hal. Kerja sama pola asuh dan Ujian Saringan Masuk Bersama (USMB) bagi mahasiswa baru.
“Unsri menjadi bapak asuhnya dan kita jadi anak asuhnya. Jadi universitas di suatu daerah itu berkewajiban membantu perguruan tinggi swasta untuk membantu dan membina agar ada kesetaraan. Karena perguruan tinggi negeri punya SDM relatif lebih banyak, maka punya tanggung jawab moral untuk membantu universitas swasta,” tuturnya.
Joko menuturkan, kerja sama antara Unitas dan Unsri bukan hal yang baru. Sebelumnya mereka juga telah melakukan kerja sama di bidang penelitian, pengabdian dan pendidikan.
“Misal kalau Unitas mau melakukan praktikum, sementara fasilitas di lab ada yang kurang, maka kami akan melakukan praktikum di Unsri. Begitu juga sebaliknya saat SMPTN, Unsri meminjam ruangan di Universitas Taman Siswa. Selain itu juga ada tenaga pendidik dari Unsri yang mengajar di sini,” ungkapnya.
Sejurus dengan hal itu, Rektor Universitas Sriwijaya, Anis Saggaf menjelaskan, Perguruan Tinggi Negri (PTN) punya kewajiban mengayomi Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang ada di daerah sekitarnya.
“Tidak boleh lagi ada dikotomi antara PTN dan PTS. Kerja sama ini juga untuk menjalin keakraban semakin baik dan juga menghilangkan kesan bahwa, kalau bukan di Unsri saja yang memiliki kualitas bagus seperti yang terjadi di masyarakat,” kata Anis.
Sementara untuk kerja sama USBM, Anis mengatakan, sejauh ini sudah sebelas perguruan tinggi termasuk Unitas yang tergabung dalan USBM. Ia berharap ke depan akan banyak universitas lain yang bergabung, sehingga dengan mudah menempatkan calon mahasiswa di universitas yang mereka kehendaki, serta tidak perlu berulang – ulang mengeluarkan biaya pendaftaran ulang jika tidak lolos di salah satu universitas.
“Yang daftar di Unsri itu ada 17.000 sedangkan yang diterima 11.000, jadi ada sekitar 15.000 yang datanya tidak terpakai, padahal anak-anak tersebut punya potensi. Kemudian swasta membuka pendaftaran dan anak harus membayar lagi, kenapa tidak daftar sekali saja lewat Unsri bisa disebarkan ke swasta hingga orang tua tidak membayar lebih dari satu kali,” tukasnya.(irs)