YOGYA, fornews.co—Alid mengaku sering mendapat perlakuan tidak adil. Di rumah kurang kasih sayang orangtua. Di sekolah dibully. Ia menjadi pendiam dan tidak percaya diri.
Anak usia belasan tahun itu harus mengatasi masalahnya sendiri. Alid seperti kehilangan harapan karena dukungan dari keluarga hanyalah mimpi.
Baca: Forum LKSA Sleman Sosialisasikan Perlindungan Anak Pengasuhan di Era Digital
Hal itu diungkapkan Alid dalam Forum Anak yang digiatkan oleh Yayasan Rumah Impian Indonesia pada 26 Agustus lalu di Rusunawa Blok D Jogoyudan, Kelurahan Gowongan, Kemantren Jetis, Kota Yogyakarta.
“Ketika kita mendengarkan anak-anak, menghormati pendapat mereka dan melibatkan mereka dalam proses pengambilan keputusan, kita tidak hanya menghormati hak mereka tetapi juga membina individu yang bertanggung jawab,” ucap Sammy Ladh pendiri Yayasan Rumah Impian Indonesia.
Kata Sammy, setiap orang dewasa memiliki tanggung jawab terhadap anak-anak. Wujud tanggung jawab itu bisa dengan menciptakan ruang bagi mereka sehingga dapat mengetahui permasalahan apa yang sedang mereka hadapi.
Ketika orangtua mendengarkan anak-anak, menghormati pendapat mereka dan melibatkan dalam proses pengambilan keputusan, orangtua tidak hanya menghormati hak anak tetapi juga membina individu yang bertanggung jawab.
“Juga berempati dan berdaya yang akan membentuk masa depan yang lebih cerah untuk semua.”
Di Indonesia hampir bisa dipastikan setiap anak pernah mengalami ketidakadilan yang datang dari keluarga maupun lingkungan.
Apa yang dialami anak tersebut faktanya tidak diketahui oleh orangtua. Orangtua lebih memikirkan hal lain ketimbang mempedulikan anak dalam masalah. Ketidakpedulian orangtua mengakibatkan anak terperosok pada hal-hal negatif.
Masih banyak orangtua yang menganggap persoalan anak tidaklah penting. Sementara, orangtua tidak menyadari dampak buruk yang akan terjadi pada anak.
Baca: Yayasan Rumah Impian Indonesia bersama IPSPI DIY Sosialisasikan Hak dan Perlindungan Anak
Forum Anak yang diadakan oleh Tim Education Center YRII itu disambut terbuka oleh masyarakat Yogya. Ritom selaku tokoh di Jogoyudan dipercaya sebagai Ketua RW.12. Rusunawa itu termasuk wilayahnya.
Ia sangat senang kegiatan yang diadakan YRII itu berdampak positif dapat menjadi ruang bicara anak-anak dalam mendapatkan hak-haknya.
Forum Anak itu juga menjadi ruang komunikasi dan interaksi antara anak-anak dengan pemerintah dalam rangka pemenuhan hak anak.
Ini menjadi wadah yang efektif untuk mendorong partisipasi anak dalam memahami hak-hak dasarnya sekaligus bermanfaat membina anak-anak menjadi individu yang bertanggung jawab.
“Terima kasih sudah menyelenggarakan kegiatan ini. Anak-anak dari berbagai daerah berkumpul di tempat ini untuk menyampaikan aspirasi dan hak-haknya dalam memenuhi hak anak,” sambut Ritom selaku Ketua RW.12 Rusunawa Blok D Jogoyudan.
Selain dapat memberikan ruang dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pemahaman mereka, kata Ritom, Forum Anak Yayasan Rumah Impian Indonesia berfungsi sebagai sarana bagi anak-anak untuk berbicara dan menyampaikan pendapatnya.
Forum Anak itu dihadiri oleh 16 anak bersama pendamping dari beberapa wilayah dampingan yaitu Jogoyudan, Sidomulyo, Wonocatur, Tukangan dan Tlukan.
Lima dampingan tersebut memiliki karakteristik lingkungan yang berbeda, sehingga sangat berpengaruh terhadap permasalahan anak dalam lingkungan masyarakat.
Baca: Orang Tua Cerdas Mendidik Anak Berkualitas
Sammy menyebut partisipasi anak bukanlah kemewahan tetapi hak asasi yang harus dijaga dan dipromosikan. Mendirikan forum di mana anak-anak dapat berpartisipasi aktif dalam diskusi tentang hak mereka adalah cara yang kuat untuk mencapai hal ini.
Sebagai wujud tanggung jawab itu, Yayasan Rumah Impian Indonesia mendirikan Forum Anak Rumah Impian yang rutin mengadakan kegiatan dengan anak-anak dampingan YRII yang tersebar di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tujuan dari kegiatan itu memberikan pemahaman kepada anak mengenai empat hak dasar anak. Diskusi yang seru terjadi mengenai hak apakah yang sudah mereka dapatkan dan apa yang akan mereka lakukan jika hak mereka tidak terpenuhi.
Ketika fasilitator mengajukan beragam pertanyaan semua anak antusias menjawab. Anak-anak saling mengajukan pertanyaan kritis yang ditanggapi kritis oleh anak-anak lain. Mereka mempertanyakan seputar wujud penerapan hak-hak dasar anak di dalam kehidupan sehari-hari.
Tak hanya itu saja, mereka juga mempertanyakan hubungan dengan orang tua dalam hal penerapan hak-hak dasar tersebut.
Sebuah pertanyaan dilempar apa yang bisa mereka lakukan apabila ada hak yang belum terpenuhi. Beberapa anak merespon bahwa mereka perlu untuk meminta hak tersebut, tetapi harus melihat kemampuan orangtua juga.
Dalam Forum itu anak-anak memberanikan diri menyuarakan aspirasinya, namun, tampaknya ada pertimbangan lain sehingga suara mereka tidak lepas. Mereka masih memperhatikan kondisi dan situasi orangtua.
Forum Anak itu diawali dengan memberikan pre-test kepada anak-anak untuk melihat seperti apakah pemahaman mereka mengenai hak dasar anak.
Kemudian setelah diskusi, anak-anak diberikan post-test untuk melihat bagaimana diskusi memberikan perubahan dalam pemahaman mereka.
Dari hasil kedua tes tersebut terlihat bahwa sebelum diskusi anak-anak masih memiliki pemahaman yang samar tentang hak dasar anak. Keadaan itu berubah setelah terjadi diskusi di dalam forum. Mereka terlihat antusias.
Ketika ditanyakan hak apa saja yang belum didapatkan, Mei, salah seorang anak dalam Forum itu mengeluh karena tidak diperbolehkan mengendarai sepeda motor.
Anak lain bernama Rafid tidak setuju dengan keluhan Mei mengetahui usianya yang belum memenuhi syarat mengendarai motor.
Rafid menjelaskan peraturan lalu lintas tentang batas usia minimal mengendarai kendaraan bermotor dengan menunjukkan permintaan Mei itu berbeda dengan haknya.
Anak-anak bukan hanya masa depan, ungkap Sammy. Mereka adalah keberadaan yang relevan hari ini. Dalam upaya membangun dunia yang lebih adil dan inklusif.
Ia mengajak para orangtua untuk bersama-sama memberikan anak-anak hak berbicara, mendengar, dan bertindak.
Dengan adanya Forum Anak bersama Yayasan Rumah Impian Indonesia, masyarakat dapat merajut harapan, membuka peluang dan membimbing anak-anak menjadi pemimpin masa depan.
Tidak cukup itu saja, bersama Yayasan Rumah Impian Indonesia anak-anak juga akan tumbuh kepedulian dan rasa tanggung jawab.
“Bersama-sama kita bisa membangun masyarakat di mana suara-suara muda dihargai, dihormati dan memiliki kekuatan untuk merubah dunia,” ajak Sammy. (adam)
Copyright © 2023 fornews.co. All rights reserved