JAKARTA, fornews.co – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat mewaspadai gejala-gejala bencana hidrometeorologi agar tidak menjadi korban.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, hal-hal yang mungkin terjadi mengiringi cuaca esktrem belakangan ini adalah hujan disertai angin kencang yang dapat menyebabkan pohon maupun baliho tumbang/roboh. Lalu Dwikorita juga meminta masyarakat tidak berlindung di bawah pohon jika terjadi hujan disertai kilat/petir. Selanjutnya hal yang perlu diwaspadai adalah kenaikan tinggi gelombang.
“Kalau gelombang tinggi, kami imbau masyarakat untuk menunda kegiatan penangkapan ikan secara tradisional hingga gelombang tinggi mereda,” ujar Dwikorita, Senin (23/12).
Dwikorita mengatakan, dalam sepekan terakhir terjadi distribusi curah hujan cukup signifikan di sebagian besar wilayah Sumatra, Kalimantan, Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. Kondisi ini diakibatkan adanya faktor dinamika atmosfer skala regional dan lokal terkini yaitu adanya Monsun Asia yang mulai menunjukkan aktifitas signifikan sehingga dapat menyebabkan peningkatan massa udara basah, terbentuknya pola konvergensi, perlambatan, dan belokan angin di beberapa wilayah, suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia yang masih hangat dan mendukung pertumbuhan awan-awan hujan di sebagian besar wilayah Indonesia.
Dwikorita menjelaskan, dari pantauan BMKG menjelaskan, hingga periode Dasarian II Desember 2019, berdasarkan jumlah ZOM, 74% wilayah Indonesia telah memasuki musim penghujan. Oleh karenanya, dirinya mengimbau perlu diwaspadai potensi cuaca ekstrem dan hujan lebat pada periode libur natal 2019 dan tahun baru 2020 di wilayah Aceh, Sumatara Utara, Sumatra Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatra Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
“Umumnya hujan terjadi dimulai pada saat menjelang siang hingga sore hari,” ujar Dwikorita, Senin (23/12).
Lebih lanjut, Dwikorita menjelaskan bagi masyarakat pesisir, nelayan, dan wisatawan pun perlu mewaspadai potensi gelombang tinggi hingga 4 meter di beberapa wilayah perairan Indonesia, terutama periode 23 – 28 Desember 2019. Gelombang setinggi 1,25 – 2,5 meter (Moderate Sea) berpeluang terjadi di Perairan utara Sabang, Perairan barat Aceh hingga Kepulauan Mentawai, Perairan Enggano – Bengkulu, Perairan barat Lampung, Selat Sunda bagian selatan, Perairan selatan Jawa hingga Pulau Sumba, Samudra Hindia selatan Jawa hingga NTB, Selat Bali – Selat Lombok – Selat Alas bagian selatan, Laut Sawu bagian selatan, Perairan selatan Pulau Sawu hingga Pulau Rotte, Samudra Hindia barat Sumatra, Laut Natuna Utara, Perairan Kepulauan Anambas – Kepulauan Natuna, Laut Natuna, Perairan timur Bintan hingga Lingga, Laut Sulawesi, Perairan Kepulauan Sangihe – Talaud, Laut Maluku, Perairan utara Halmahera, Laut Halmahera, Perairan utara Papua Barat hingga Papua.
“Sementara untuk tanggal 27 dan 28 Desember 2019 terjadi peningkatan gelombang laut setinggi 2,5 – 4 meter berpeluang terjadi di Perairan selatan Jawa Tengah hingga Sumbawa, Samudra Hindia selatan Jawa Tengah hingga Sumba dan Laut Natuna Utara,” tambah Dwikorita.
Selama periode Posko NATARU 2019/2020, lanjut Dwikorita, BMKG pun turut berperan aktif dalam kegiatan Posko NATARU Nasional di Kementerian Perhubungan, ASDP Pelabuhan Merak, 34 UPT Provinsi, Posko gabungan di 13 Pelabuhan dan 96 Bandara. (ije)