PALEMBANG, fornews.co – Imbas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di beberapa wilayah Sumatra Selatan mulai dirasakan warga Kota Palembang sepekan terakhir. Puncaknya pada Sabtu (24/08) sore menjelang malam, dimana jarak pandang sempat tersisa 700 meter saja.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) SMB II Palembang, Bambang Beny Setiaji mengatakan, seiring dengan perkembangan titik panas dan beberapa kawasan terjadi karhutla di wilayah Sumsel dan sekitarnya, mengakibatkan semakin tingginya tingkat kekeruhan udara yang diakibatkan aktifitas tersebut. Indikasi kekeruhan udara ini ditandai penurunan jarak pandang yang mengganggu aktifitas warga. Terbukti, pada Sabtu (24/08) jarak pandang hanya 700 meter dengan kelembaban 97% yang disebabkan adanya fenomena kabut asap (smog). Namun Minggu (25/08) kondisi berangsur normal.
“Untuk hari ini kondisi udara cukup baik dan cerah dengan jarak pandang sejauh 6 kilometer,” katanya saat dihubungi Minggu (25/08).
Menurut Bambang, smog ini merupakan fenomena campuran antara smoke (asap) dan fog/mist (kabut/halimun), indikasi kabut yang berpartikel basah adalah dengan kelembaban yang relatif tinggi dan cenderung menghilang setelah matahari terbit dan angin bertiup kencang. Sedangkan indikasi smoke (asap) yang berpartikel kering cenderung pedih di mata dan sulit hilang ketika menjelang siang dan akan kembali menebal pada sore hari.
Kabut asap (smog) yang terjadi pada pagi ini tidak menganggu penerbangan hanya saja menggangu aktifitas warga terutama transportasi karena mengurangi jarak pandang. Kondisi ini berpotensi berlangsung selama musim kemarau seiring aktifitas karhutlabun.
“Kami mengimbau agar pengguna transportasi baik darat, udara serta sungai untuk berhati-hati. Jika bisa untuk menghindari penerbangan jadwal pertama pada pukul 04.00 hingga 07.00 WIB,” imbaunya. (alu)