YOGYAKARTA, fornews.co–Meski masuk Bulan Mei 2020, darurat virus corona masih diberlakukan, banyak pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan.
Namun kebanyakan pedagang mengeluhkan sepinya pembeli. Mereka selalu menunggu hari yang dinanti, yakni akhir pekan.
Tutik, pedagang roti bakar di Desa Tanggapan. Kelurahan Sriharjo, Bantul, mengalami kerugian hingga lima.puluh persen lebih dari usahanya.
Padahal sebelum virus corona mewabah, Tuti bisa menghabiskan 50-80 roti, setiap hari. Namun, sekarang 20 roti pun tak sampai.
“Sepi. Tidak seperti sebelum virus corona seperti.ini,” katanya, Ahad (3/5/2020).
Tutik mengatakan, tidak setiap hari ada pembeli. Ia selalu menunggu akhir pekan. Karena pada Sabtu hingga Senin, lumayan ada pembeli.
“Biasanya Sabtu sampai Senin lumayan ada pembeli,” ujarnya.
Tutik mengambil semua bahan roti bakarnya dari produsen roti terkenal di Sewon, Bantul.
Setiap habis bahan, ia mengambil sendiri bahan Rotiinya. Namun sekaramg jumlahnya tidak sebanyak sebelum darurat Covid-19.
Tutik menjual roti bakar dengan berbagai rasa, diantaranya keju, strobery, cokelat, dan vanila.
Satu porsi roti bakar rata-rata dijual Rp 15.000. Sedangkan bahan pembuatan roti bakar naik harga takkaruan. Akibatnya, besar pasak daripada tiang.
Semua bahan isi roti bakar seperti selai strobery, keju, susu kental manis, margarin, kacang, dan bahan-bahan lainnya yang digemari pembeli masih tersisa banyak.
“Biasanya bahan-bahan habis dalam hitungan jam, tapi sekarang masih tersisa banyak, meski hanya beli sedikit,” ungkapnya.
Tutik mengaku menangis. Sebagai pedagang kaki lima, ia berharap, pemerintah dapat memberikan jalan keluar bagi pedagang terdampak pembatasan aktifitas di luar rumah.
Kondisi perekonomian yang tidak stabil–akibat terimbas wabah virus corona–membuat sebagian PKL di Yogyakarta gulung tikar. (adam)