SEKAYU, fornews.co – Kapolres Muba AKBP Andes Purwanti mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan penyebab muntah-muntah yang menimpa belasan warga Sekayu. Awalnya, para korban diduga keracunan usai menyantap rujak mi basah.
Sebagaimana diketahui, belasan warga Sekayu, Kabupaten Muba diduga keracunan, usai menyantap rujak mi dan tahu saat berbuka puasa bersama, Kamis (09/05). Mereka pun dilarikan ke Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Sekayu untuk dilakukan tindakan medis.
Para korban diketahui mengalami muntah-muntah dan pusing usai menyantap rujak mi basah dan tahu tersebut. Mi basah itu dibeli di pasar tradisional Talang Jawa, Kelurahan Balai Agung, Sekayu.
Pasca terjadinya insiden itu, Polres Muba bersama Dinas Kesehatan dan Dinas Perdagangan Musi Banyuasin langsung melakukan sidak dan uji lab sementara di lapangan.
“Dari hasil uji lab sementara tersebut, belum ditemukan makanan yang mengandung bahan berbahaya atau sejenisnya,” kata Kapolres Andes Purwanti.
Tak hanya itu, imbuhnya, tim juga langsung menuju tempat pembuatan bahan makanan seperti mi basah dan tahu di pasar Talang Jawa, Kecamatan Sekayu.
Namun, dari hasil pemeriksaan tersebut belum bisa dibuktikan kalau korban muntah disebabkan oleh rujak mi basah. Pasalnya, hasil lab sementara yang dilakukan Dinas Kesehatan secara langsung di lapangan, belum ditemukan adanya tanda-tanda bahan kimia atau bahan yang membahayakan untuk dikonsumsi dari dalam kandungan mi basah dan tahu itu.
“(Jadi) belum diketahui pasti penyebab terjadinya muntaber korban. Saat ini sampel makanan berupa rujak mi (mi basah, tahu dan cuka) yang diduga mengakibatkan muntaber korban sedang dikirim ke Badan POM Palembang. Sambil menunggu hasil dari Badan POM, tetap dilakukan penyelidikan lanjut terkait muntaber yang dialami korban,” ungkapnya.
Sementara itu, Plt Kadinkes Muba, dr Azmi mengatakan, pihaknya langsung bertindak dengan melakukan penyelidikan epidemiologi ke pasien di RSUD Sekayu, dan juga langsung melakukan sidak ke lapangan bersama pihak kapolres dari sampel yang ada.
“Dan dengan pemeriksaan cepat untuk sementara tidak didapatkan zat yang berbahaya, tapi sampel juga langsung kita kirim ke Labda untuk dilakukan pemeriksaan bakteriologi,” jelasnya.
Azmi menuturkan, penyebab kejadian bisa juga kemungkinan karena mi yang dijual sudah terlalu lama atau tempat penjualannya kurang baik. Misalnya disajikan pada tempat yang banyak lalat dan kuman lainnya, serta pengolahan yang kurang baik dan higienis.
“Dari 19 orang korban kemarin, setelah dirawat dan sudah kembali ke rumah masing-masing 17 orang. Saat ini yang masih dirawat di rumah sakit tinggal 2 orang dan umur korban yang termuda 15 tahun, lainnya sudah dewasa,” tukasnya.(bas)