PALEMBANG, fornews.co-Juru Bicara Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID) Pemprov Sumsel, Prof. Dr. dr. Yuwono, M.Biomed menyebut, bahwa sejatinya belum ada vaksin COVID-19.
“Yang ada baru kandidat vaksin. Karena syarat disebut vaksin adalah lolos uji klinis fase 3, dengan keamanan (safety) dan kemanjuran (efficacy) yang mendekati 100 persen,” ujar Prof Yuwono, seperti dikutip dari status facebook akun @Prof. Yuwono, Sabtu (19/12).
Yuwono menuliskan, bahwa vaksin Pfizer punya angka 95 persen, Sinovac katanya 90 persen. Artinya, ada 5 – 10 persen potensi bahaya dan tak manjurnya vaksin tersebut. Vaksin Pfizer yang sudah disuntikan di Eropa menggunakan skema ijin darurat atau Emergency Use Authorization (EUA).
EUA, sambung Yuwono, bisa dikeluarkan setelah hasil uji klinis fase 3 berhasil dan dipublikasi, serta kajian otoritas Badan POM setempat menyatakan aman untuk diedarkan.
“Indonesia harus hati-hati dengan Sinovac. Karena uji klinis fase 3 di Bandung maupun di China belum selesai dan tak tahu hasilnya macam mana, bahkan di Brasil menyebabkan kematian,” jelas dia.
Direktur Rumah Sakit PT Pusri Palembang ini menerangkan, itulah mengapa Brazil tidak jadi membeli Sinovac. Ajaibnya, Indonesia malah membeli dan sudah mau disuntikan ke tenaga kesehatan (nakes).
“Wajar IDI (Ikatan Dokter Indonesia) nolak disuntik duluan. Presiden bilang akan disuntik duluan, mungkin kemudian para menterinya. Kita rakyat tunggu saja sekitar 1 bulan setelah itu, karena jika vaksin itu bahaya, maka bahaya akan muncul dalam rentang sekitar 2 pekan setelah disuntik,” terang dia.
“Dan jika manjur, maka kemanjurannya bisa dilihat paling cepat 1 bulan setelah disuntik. Dengan demikian kita bisa tahu apakah vaksin tersebut aman dan manjur atau tidak,” sambung dia.
Prof Yuwono menyarankan, jika presiden dan para menterinya juga masih belum sreg, sebaiknya tunda dulu vaksinasi.
“Toh data dan fakta menunjukan COVID tidak lebih serem dibanding HIV, TBC & Hepatitis B. Juga yang sembuh dari COVID sudah 80 persen lebih, yang sudah pasti menjadi kontributor Herd Immunity minimal di lingkungannya,” ujar dia.
Yuwono juga tak lupa mengajak melihat negeri dan bangsa ini secara sehat. Secara fisik tidak lemas, nafsu makan bagus dan tidur tanpa obat tidur. Berikutnya pikiran positif, sikap santun, lisan berkata baik, badan ringan untuk bekerja dan beribadah, serta hati bersyukur yang tanda utamanya adalah tidak mengeluh.
Selama 2020, kata Yuwono, kita sudah tertimpa musibah COVID dan lebih dari 2.500 kali musibah bencana alam. Belum lagi musibah politik, korupsi, teror, pilkada dan lain-lain.
“Mari melangkah dengan ‘terkendali, jelas, tegas dan terukur’ (meminjam istilah dari para pemimpin kita). Jangan sebaliknya. Kasihan kami-kami rakyat ini,” tandas dia. (aha)
#satgascovid19 #ingatpesanibu #ingatpesanibupakaimasker #ingatpesanibujagajarak #ingatpesanibucucitangan #pakaimasker #jagarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitangandengansabun