fornews.co — Belum diketahui pasti apakah foto yang diambil tahun 1959 melalui udara di wilayah Katanga adalah ular piton terbesar di dunia.
Seorang ahli zoologi dan penulis berkebangsaan Belgia-Prancis, Bernard Heuvelmans, pernah melaporkan adanya foto ular jenis piton batu afrika berukuran besar bernama latin Python Sebae.
Namun, foto yang diduga ular paling besar di dunia itu masih diperdebatkan meskipun Heuvelmans berpendapat ukurannya mencapai 14 meter.
Berbagai sumber mengatakan, Kindt, seorang fotografer Angkatan Udara Belgia, telah mengambil gambar mengejutkan saat terbang menuju Kamina di Wilayah Katanga, sekarang Republik Demokrat Kongo, bersama pilot helikopter Kolonel Remy Van Lierde.
Beberapa saksi lain yang turut dalam penerbangan yaitu Kolonel Gheysen, penerjun Mayor Defebve dan seorang teknisi, sempat mengira batang pohon besar.
Dalam penerbangan itu, Gheysen, melihat penampakan batang pohon yang menyerupai ular bergerak di pepohonan merayap di gundukan rayap yang hancur.
Helikopter dengan kecepatan 120 km/jam yang terbang di atas sabana sekira 100 km di Utara Barat Laut Kamina kemudian berbalik arah setelah Kolonel Van Lierde mendapatkan laporan Gheysen.

Van Lierde kemudian menerbangkan helikopter lebih rendah di atas benda yang bergerak tersebut dan meminta Kindt untuk mengambil gambar melalui kameranya.
Kindt kemudian segera melaksanakan perintah Van Lierde memotret penampakan yang dimaksud Gheysen menggunakan kamera Zeiss Ikon Nettax 6×6 dilengkapi lensa Novar Anastigmat 75mm yang sudah terisi film Gevaert 27.
Seluruh penumpang helikopter sangat kaget. Mereka melihat kepala ular berbentuk segitiga selebar 80cm. Warnanya lebih terang dari gundukan rayap.
Baca: Westerling Bandit Raja Pati
Mereka terhenyak, saat mengamati batang kayu yang bergerak mendadak mengangat kepala karena terganggu baling-baling helikopter.
“Untung saja helikopter tidak terbang lebih rendah. Jika helikopter lebih dekat bisa menabraknya,” kata Van Lierde saat menerbangkan helikopter hingga 114 kaki.
Apa yang dilihat seluruh penumpang helikopter dibenarkan oleh Heuvelmans.
“Di bagian bawahnya berwarna putih,” kata Heuvelmans.
Kindt, tidak sempat mengambil gambar yang kedua. Pilot khawatir bahan bakar helikopter tidak dapat bertahan lama. Tidak cukup terbang menuju Kimana.

Namun, berdasarkan penelitian, kebanyakan ular piton batu liar mati sebelum mencapai ukuran rata-rata maksimum sekira 7 meter.
Beberapa naturalis Belgia yang pernah berada di Kongo bahkan tidak percaya dan memastikan hanya ular kecil yang berada di vegetasi pepohonan dan gundukan rayap.
Beberapa waktu kemudian, salinan foto hasil jepretan Kindt dikirimkan ke Heuvelmans setelah dokter Kolonel Georges Bonnivair mendapatkan dua salinan foto yang dengan bingkai berbeda.
Bonnivair yang penasaran dengan temuan tersebut mendesak Kindt dan Van Lierde untuk mengajak terbang ke lokasi penampakan ular di Katanga.
Baca: Penemuan Roti Tertua di Dunia Berusia 8.600 Tahun
Kindt kembali mengambil gambar di lokasi penampakan hingga setengah gulung rol film. Ia menghasilkan foto-foto penampakan pepohonan dan gundukan rayap.
Namun, seorang bernama Michel Vermersch pernah dilaporkan melarikan diri dari pumina di jalur kereta api Kamina – Luluabourg.
Untuk menguak kebenaran foto tersebut Heuvelmans menemui Ray Tercafs seorang fotografer satwa liar yang juga ahli zoologi.
Tercafs, memperkirakan ular tersebut adalah spesimen yang sangat besar. Ia memastikan memiliki panjang 12-14 meter dengan diameter 43-47 cm.
Foto tersebut akhirya tersebar di media sosial setelah Bonnivair menunjukkan lokasi penampakan ular raksasa.
Baca: Penemuan Roti Tertua di Dunia Berusia 8.600 Tahun
Para netizen kemudian berupaya menemukan lokasi penampakan di peta satelit. Namun, semua koordinat yang dihasilkan tidak konsisten.
Oleh penduduk setempat, dari suku Katanga dan Kasai, python sebae disebut moma dengan nama khusus pumina dalam bahasa Prancis berarti poumina.
April 1960, Heuvelmans kemudian meminjam negatif foto Kindt dan baru diizinkan menyimpannya setelah Kindt tewas dalam kecelakaan helikopter pada bulan berikutnya, Mei.
Baca: Penemuan Bakteri Aerob di Dasar Laut Diduga Persis Seperti di Mars
Atas penemuan itu, Heuvelmans, kemudian menulis buku berjudul In the Wake of the Sea Serpents (1965).
Heuvelmans adalah penulis On the Track of Unknown Animal (1955) sebuah buku yang menjadi cikal bakal munculnya bidang Kriptozoologi.
Tanggal 22 Agustus 2001, Heuvelmans, dikabarkan wafat di Le Vesinet, Prancis, di usia 84 tahun.
Film asli hasil jepretan Kindt kini tersimpan di arsip pribadi Heuvelmans di Natureum, Swiss. (adam)