SEMARANG, fornews.co–Promedia Teknologi Indonesia bersama Bank BRI menggelar seminar jurnalistik bertajuk “Mediapreneurtalks – BRI Journalism 360: Jurnalisme Berkualitas dan Berkelanjutan”.
Seminar jurnalistik pada Kamis, 23 Oktober 2024, di Aston Inn Pandanaran Semarang melibatkan insan media di Indonesia.
Seminar jurnalistik tersebut
membekali para jurnalis dengan pengetahuan dan keterampilan di era digital sekaligus meningkatkan kualitas jurnalisme di Indonesia.
Empat narasumber yang sudah lama bergelut di media daring dan teknologi iklan terbarukan dihadirkan sebagai pembicara.
Keempat pembicara tersebut yakni Agus Sulistriyono (CEO Promedia), Ilona Juwita (CEO Props), Agil Hari selaku General Manager Media Network Promedia dan Koordinator Bidang Pelatihan dan Program Jurnalisme Berkualitas Publisher Rights Dewan Pers, Fransiskus Surdiasis.
“Saya berkeyakinan bisnis informasi tidak akan pernah mati. Tapi, medium akan silih berganti,” ucap Agus menyampaikan materi.
Menurut Agus, membangun brand media dengan konten berkualitas, apapun mediumnya, dapat menjadikan bisnis berkelanjutan.
Tetapi, media online masih menemui kendala. Masih banyak masalah yang dihadapi oleh media online.
Ternyata banyak media online yang kemampuan monetisasinya sangat lemah dan cenderung mengandalkan iklan daerah.
Bahkan, sambungnya, masih banyak media online yang proses bisnis, kemampuan sisi marketing dan brandingnya sangat lemah.
Begitu pula masih banyak media online dengan struktur organisasi yang tidak rapi termasuk tidak mengerti cara kerja media online yang sebenarnya terdapat jadwal kerja dari pagi hingga malam.
“Padahal media-media yang besar bisnis prosesnya sangat rapi,” katanya.
Bahkan tidak memahami perkembangan algoritma google atau ekosistem digital.
Melalui Promedia pihaknya mengajak berkolaborasi kepada media online yang kecil untuk membangun media online yang ideal.
Para insan media bahkan dibekali untuk memaksimalkan pendapatannya melalui iklan otomatis atau programmatic ads.
“Iklan itu sekarang tidak hanya visual, tetapi, isinya pesan,” ujar Ilona Juwita.
Selaku CEO Props, Ilona, memaparkan presentasinya terkait iklan digital di media online.
“Jadi, sekarang kita optimalkan iklan sesuai dengan karakter konten,” ujarnya.
Ilona mengatakan adanya iklan yang tidak sesuai dengan konten yang disajikan oleh media online.
Misalnya, ada berita bola tetapi dipasang iklan yang lain.
“Kadang orang buka artikel bola, iklannya soal badminton. Gak masuk ke pembaca meskipun kelihatan,” selorohnya.
Google sebagai platform search engine dengan market share terbesar di dunia selalu melakukan perubahan algoritma. Hal ini sangat mempengaruhi media online.
“Kemampuan untuk beradaptasi akan perubahan tersebut adalah tantangan yang perlu dihadapi seluruh pengelola media di Indonesia,” kata General Manager Media Network Promedia, Agil Haris.
Google yang perlahan mengarah ke aturan etika jurnalistik mulai tegas terhadap berbagai unggahan yang dinilai tidak pantas.
Foto kasus anak di bawah umur misalnya. Atau, foto yang memperlihatkan kekerasan.
Agil berujar bahwa Google bisa melakukan tindakan tidak terduga yang tidak diketahui oleh pengelola website.
Pengelola website harus paham betul terhadap tren perubahan pada mesin pencari di internet jangan sampai malah tersandung persoalan.
Perlunya menjadi media online yang berkualitas, dapat dipertanggungjawabkan dan mengedepankan etika jurnalistik menjadi hal penting.
Hal itu disampaikan Koordinator Bidang Pelatihan dan Program Jurnalisme Berkualitas Publisher Right Dewan Pers, Fransiskus Surdiasis, saat memaparkan materinya.
Pihaknya menilai bahwa indikator jurnalistik yang berkualitas adalah bagaimana dan dari mana sebuah berita atau konten dibuat.
“Sumber yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan serta mengedepankan etika jurnalistik, membuat konten lebih mudah dicerna dan dipahami oleh pembaca,” jelasnya.
Ada hal penting yang disampaikan Frans saat membuka pemaparan tentang aturan dan hukum terkait jurnalisme.
Menurut Frans, tidak ada jurnalisme yang berkelanjutan jika tidak berkualitas.
Untuk mewujudkan jurnalisme berkelanjutan harus dilakukan secara terus menerus.
Jurnalis harus profesional dan mentaati hukum yang diberlakukan seperti tertulis dalam Undang-undang Pers Nomor 40 Tahun 2009.
Profesionalisme jurnalis sangat dibutuhkan agar dalam menjalankan tugasnya dalam pemberitaan dapar dipertanggungjawabkan dan tidak bersinggungan dengab hukum.
Agus menyebut bagi media online dengan keamanan dan teknologi yang lemah jangan coba-coba kritis menulis berita.
Pembungkaman pers gaya baru masih terjadi dengan cara berbeda. Ia menyontohkan ketika ada berita yang dianggap negatif portal berita bisa diserang hacker bayaran.
Dalam seminar jurnalistik itu para insan media mendapatkan kesempatan belajar dari para ahli media berpengalaman.
Mereka berkesempatan berdiskusi dan bertukar pikiran dengan para pembicara maupun sesama peserta seminar.
Seminar yang digelar ini merupakan salah satu rangkaian acara roadshow di 5 kota lainnya seperti Palembang, Bandar Lampung, Pekanbaru, Makasar dan Samarinda.
Seminar “BRI Journalism 360” diharapkan dapat memperkuat jaringan antarsesama jurnalis dan mendorong kolaborasi dalam menghasilkan karya jurnalistik yang baik.
Seminar “BRI Journalism 360” yang didukung perusahaan BUMN, BUMD, Pertamina, Bank BJB, Advernative dan Props, menjadi salah satu langkah nyata mendukung pengembangan kualitas jurnalisme di Indonesia.
Dengan bekal pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari seminar ini para jurnalis diharapkan dapat menghasilkan karya-karya jurnalistik yang berkualitas, relevan, dan berdampak positif bagi masyarakat. (adam)