SLEMAN, fornews.co — Komunitas Pasar Kumandhang melakukan revitalisasi pasar tradisional dengan menggelar “Ruwatan di Kaki Merapi 2025”.
Prosesi ruwatan ini menandai diresmikannya Pasar Kumandhang Lojajar di Kapanewon Tempel, Kabupaten Sleman, sebagai ruang budaya dan sosial, dengan semangat gotong-royong serta kearifan lokal.
“Pasar tradisional ini sebagai transaksi, interaksi dan pelestarian Budaya Jawa,” kata Tomon Haryowirosobo selaku Manajer Program Pasar Kumandhang kepada fornews.co pada Ahad siang, 9 Februari 2025.
Kata Tomon, pasar yang digadang-gadang sekaligus menjadi pasar seni akan menjadi sentra aktivitas bagi seniman di Sleman sehingga mampu melahirkan gagasan-gagasan yang bermanfaat untuk masyarakat luas.
Tomon tidak menampik jika hari ini, setelah Senisono hilang, sangat sulit ditemui tempat berkumpulnya para seniman.
Pihaknya sangat prihatin para seniman telah kehilangan publik area sebagai ruang untuk berkomunikasi.

Jika semula pasar ini dikenal dengan sebutan Pasar Klangenan, sambungnya, maka ini akan menambah muatan menjadi satu-satunya pasar seni di Sleman.
Nantinya, kata Tomon, selain dilengkapi dengan sarana dan prasarana ruang ekspresi bagi masyarakat juga akan dibangun galeri seni bagi seniman.
“Sehingga pasar ini tidak hanya sebagai tempat berkumpulnya bagi seniman, namun, juga masyarakat luas pecinta seni, khususnya di Sleman,” ucapnya.
Rangkaian ruwatan dimulai dengan puluhan peserta dan tamu dari berbagai daerah yang hadir mengenakan pakaian tradisi khas Jawa berjalan kaki mengitari pasar menuju panggung dipimpin oleh Ki Suwanda.

Prosesi ruwatan dilanjutkan dengan pertunjukan wayang kulit, Gejog Lesung oleh Kidung Giri Budaya (Ngemplak Sleman) dan aksi penanaman pohon sebagai komitmen terhadap lingkungan.
“Ini menjadi langkah awal mengembalikan peran pasar sebagai ruang budaya dan sosial, dengan semangat gotong-royong serta kearifan lokal,” ungkapnya.
Dengan menampilkan wayang kulit dan sesaji, secara simbolik ruwatan ini menghilangkan sengkala untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik.
Tomon mengaku acara yang digelar pada Ahad siang itu murni swadaya–tidak dibantu oleh pemerintah Kabupaten Sleman.
Acara serupa rencananya akan digelar dua kali dalam setahun untuk menarik wisatawan untuk datang ke Sleman. (adam)
Copyright © Fornews.co 2025. All rights reserved.