PALEMBANG, fornews.co – Dengan segala keterbatasan, PS Palembang menjadi runner-up Piala Soeratin U17 Nasional 2019/2020. Selain menuai apresiasi, prestasi ini juga tak lepas dari kritik.
Nur Hidayat, pemain yang menjadi bagian skuat PS Palembang yang menjuarai Divisi II Nasional musim 1999 (saat ini Liga 3) mengatakan, prestasi di level nasional ini membangkitkan memori saat PS Palembang menjuarai Divisi II Nasional musim 1999. Meski sejarah tersebut sulit diulangi tapi itu bukan hal yang tidak mungkin diwujudkan.
“Soal kemampuan saya lihat pemain Palembang tidak kalah dengan tim daerah lain. Itu sudah terbukti di musim 1999 saat PS Palembang juara dan kini dibuktikan adik-adik di tim U17 yang mampu menembus final,” ujar Dayat pada Fornews Forum #4 yang mengangkat tema Bisakah Prestasi Soeratin U17 Jadi Pemantik Gairah Sepak Bola Palembang? yang digelar di Kopi Kita & Siber Workspace, Sabtu (07/03) malam.
Meski mengapresiasi prestasi tim PS Palembang U17, namun Dayat mengkritisi pengurus Askot PSSI Palembang yang seolah menutup mata dengan pembinaan sepak bola di ibukota Provinsi Sumatra Selatan ini.
“Saya miris kondisi saat ini khususnya pengurus PSSI (Palembang) yang seolah terputus koordinasi dengan Pemda. Padahal PS Palembang itu perserikatan yang dimiliki Pemda. Saya sharing saja, saat itu PS Palembang berhasil juara karena harmonisasi antara pengurus PSSI dengan Pemda,” katanya.
Dayat mengatakan, salah satu contoh nyata tentang pembinaan sepak bola Palembang yang jalan di tempat adalah tim Palembang tidak lagi mendominasi.
“Selama ini Palembang adalah barometer sepak bola Sumsel. Tapi sekarang sudah bergeser ke Mura, Muba dan beberapa daerah lainnya,” tukasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Palembang, Ahmad Zazuli mengakui secara teknik dan skill para pemain PS Palembang tidak kalah dengan lawannya di final PSBK Blitar.
“Saya dan pak Sekda nonton langsung final di Malang. Secara permainan kita lebih bagus. Tapi mungkin kondisi lapangan yang kurang baik yang membuat kita kalah. Tapi kita juga tidak bisa menyalahkan lapangan karena lawan juga main di tempat yang sama. Hanya saja mungkin strategi kita tidak bisa jalan di kondisi lapangan seperti itu,” kata Zazuli.
Dikatakan Zazuli, runner-up nasional Piala Soeratin U17 ini merupakan prestasi luar biasa. Bahkan Zazuli angkat jempol untuk Manajer PS Palembang U17 Hanif Djohan yang bisa membawa tim masuk final dengan segala keterbatasan.
“Bagi Pemerintah untuk support pendanaan memang agak ribet. Tidak bisa dadakan apalagi yang belum masuk di anggaran. Tapi untuk menyemangati anak-anak kita ini, saya dan pak Sekda datang untuk menyaksikan dan memberi dukungan langsung,” tuturnya.
Untuk itu, lanjut Zazuli, kedepan pihaknya meminta agar PSSI Palembang membuat program kerja mengenai kegiatan yang akan diikuti dalam satu tahun dan besaran anggaran yang dibutuhkan. Hal itu sebagai dasar pengajuan anggaran kegiatan.
“Kami minta bikinlah program kerjanya lengkap dengan anggaran yang dibutuhkan. Kalau sudah ada, akan kita sampaikan ke Wali Kota melalui Sekda. Selanjutnya akan dibahas tim anggaran daerah untuk menentukan berapa besar (pendanaan) bisa di-support,” ujarnya.
Manajer PS Palembang U17, Hanif Djohan menambahkan, dalam lima tahun terakhir, kiblat sepak bola Sumsel telah bergeser dan tidak lagi berpusat di Palembang. Hal itu salah satunya disebabkan tidak solidnya asosiasi di level kota.
“Untuk memperbaiki pembinaan prestasi sepak bola Palembang ya benahi dulu organisasi yang mengurusnya. Karena memang tidak jelas lima tahun belakang ini. Ketika Askot PSSI solid pasti Asprovnya ikut solid. Kalau sudah begitu, tidak hanya prestasi sepak bola Palembang tapi juga Sumsel bisa terdongkrak,” tukasnya. (ije)