PALEMBANG, fornews.co – Rendahnya harga jual karet di Sumatera Selatan (Sumsel), membuat sejumlah petani di daerah ini beralih membudidayakan tanaman pinang.
Ketua Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB) Bina Kertayu, Sahri mengatakan, hingga saat ini harga karet di wilayahnya hanya mencapai Rp7.000 hingga Rp8.000 perkilogram (kg)-nya berbeda halnya dengan tanaman jenis palm (pinang) yang mencapai Rp13.000 perkg.
“Kalau dahulu petani masih berpatokan sama karet. Tapi, karena harga karet yang tidak juga membaik, kini petani mulai beralih ke pinang,” katanya saat ditemui, Selasa (16/07).
Menurutnya, beralihnya petani karet ke piang telah dilakukan sejak tahun 2015 lalu, saat harga karet mulai mengalami penurunan. Ia mengaku, sejauh ini di wilayahnya yakni Desa Kertayu, jumlah lahan yang ditanami pinang mencpai 25 hektar yang dilakukan secara berkelompok.
“Lahan ini merupakan lahan karet yang sudah tua atau tidak produktif lagi,” jelasnya, seraya mengatakan dalam satu hektar dapat ditanami 900 pohon pinang dengan usia produksi yakni mencapai 4 hingga 5 tahun.
“Untuk penjualannya itu ke daerah Jambi,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pemasaran dan Pengelolaan Hasil Perkebunan Sumsel, Rudi Arpian menambahkan berdasarkan data saat ini total lahan pinang yang ada di Sumsel, mencapai 1.522 hektar dengan rincian 317 hektar lahan belum berproduksi.
“Sedangkan, 1.119 hektar sudah menghasilkan dan sisanya seluas 87 hektar lahan pinang yang sudah tua ataupun rusak. Untuk total produksi lahan pinang di Sumsel yakni mencapai 792 ton pertahunnya,” sebutnya.
Ia mengaku, peralihan ini cukup baik sebagai solusi turunnya harga karet. Namun, ia mengimbau tidak perlu sampai menebang batang karet. Karena, penanaman pohon pinang dapat dilakukan di selanya saja.
“Harga pinang juga sering mengalami naik turun (fluktuatif). Jadi kami imbau dilakukan disela tanaman karet saja,” katanya.
Ditambahkannya, yang perlu diperhatikan agar harga karet tetap bernilai tinggi yakni memperbaiki mutu bokar dan intensifikasi karet dengan cara pembersihan lahan dan pemupukan brokasih atau membuat lobang biopori sehingga daun karet yang kering bisa ditimbun ditempat tersebut.
“Kami juga menganjurkan agar petani juga bergabung ataupun membentuk baru UPPB karet, sehingga harga pun lebih stabil,” tutupnya. (alu)